Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Pentamerone, Volume II (1636) --- Wikimedia Commons 

Para pendengar terdiam laksana patung ketika menyimak kisah si kutu, dan mereka memberikan piagam kebodohan kepada raja yang dungu, yang telah mempertaruhkan darah dagingnya sendiri dan pewaris kerajaannya demi perkara sepele. Setelah semua mulut terkunci rapat, Antonella membuka miliknya, dan begini kisahnya:

 

"Dalam lautan kejahatan, iri hati selalu mendapati dirinya dengan hernia, bukan dengan kandung kemih, dan di tempat ia berharap melihat orang lain tenggelam, justru dialah yang karam atau terhempas ke karang. Begitulah nasib beberapa gadis pendengki yang kini akan kuceritakan kepada kalian.

 

Ketahuilah, dahulu kala ada seorang pangeran duda yang memiliki seorang putri yang sangat ia kasihi, hingga ia tak lagi memandang siapa pun selain dirinya. Ia telah menghadirkan seorang guru menjahit yang sangat mahir, yang mengajarinya tusuk rantai, renda terbuka, pinggiran, dan tusuk tepi, serta memberinya kasih sayang yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.

 

Namun sang ayah baru saja menikah lagi; ia mengambil seorang perempuan berwatak ganas, jahat, dan iblis adanya. Tak lama kemudian, sang putri tiri menjadi sumber kebencian perempuan terkutuk ini. Ia melemparkan tatapan masam, mengerlingkan wajah mengerikan, dan merajut alisnya dengan cara begitu menakutkan, sehingga si gadis malang itu senantiasa mengadu kepada gurunya tentang perlakuan buruk ibu tirinya, sambil berkata, "Oh, Tuhan, tidakkah engkau bisa menjadi ibuku, engkau yang selalu mencium dan memelukku dengan penuh kasih?"

 

Keluhan itu ia ulang-ulang tanpa henti, sampai-sampai tertanam seperti lebah di telinga sang guru. Hingga pada suatu hari, dibutakan oleh bisikan roh jahat, sang guru berkata kepadanya, "Jika engkau mengikuti nasihatku yang sedikit gila ini, aku akan menjadi ibumu, dan engkau akan semanis biji mata di mataku sendiri."

 

Ia hendak melanjutkan perkataannya, namun Zezolla---sebab begitulah nama gadis itu---bergegas menyahut, "Ampuni aku bila kuambil kata-kata dari bibirmu. Aku tahu engkau mencintaiku setulus hati, jadi biarlah cukup di sini, dan sufficit; ajarkanlah aku caranya, sebab aku masih baru di dunia ini; engkau menulis, aku akan menandatangani."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun