Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Pentamerone, Volume II (1636) --- Wikimedia Commons 

 

Sesudah memperoleh benda-benda itu, Zoza pun mengangkat kakinya dan mengembara melintasi begitu banyak negeri, menyeberangi begitu banyak hutan dan sungai, hingga setelah tujuh tahun berlalu, tepat ketika Sang Matahari, yang telah dibangunkan oleh terompet ayam jantan, mengenakan pelananya dan bersiap melakukan perjalanan rutinnya, ia tiba di Padang Bundar, nyaris tak menyisakan ekor pada tubuhnya.

 

Dan di sana, sebelum memasuki kota, ia melihat sebuah makam marmer di kaki sebuah pancuran, yang terkurung dalam pualam porfiri, meneteskan air mata kristal.

 

Ia pun mengambil kendi yang tergantung di sana, meletakkannya di antara kedua kakinya, lalu mulai bercakap-cakap dengan pancuran itu seolah-olah tengah menukar baris-baris dari Menaechmi, hampir tak mengangkat wajahnya dari bibir kendi. Dengan begitu, dalam waktu kurang dari dua hari, ia berhasil mengisinya hingga hanya dua jari tersisa dari tepi, hanya dua jari lagi dan kendi itu akan penuh.

 

Namun ia begitu letih karena menangis tiada henti, dan tanpa disadari tertipu oleh kantuk, ia pun terpaksa beristirahat sejenak di bawah tenda kelopak matanya.

 

Sementara itu datanglah seorang budak perempuan berkaki jangkrik, yang kerap pergi ke pancuran itu untuk mengisi kendi airnya dan yang tahu benar tentang prasasti di makam itu, sebab kisahnya telah tersebar ke mana-mana. Ketika ia melihat Zoza menangis begitu keras demi meneteskan dua aliran air mata itu, ia duduk lama mengintipinya, menunggu hingga kendi itu hampir penuh, supaya ia bisa merampas harta indah itu dari tangan Zoza dan meninggalkannya dengan sekepal lalat.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun