Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Il Pentamerone, Volume II (1636) --- Wikimedia Commons 

Dikisahkan bahwa dahulu kala ada seorang raja, penguasa Lembah Berbulu, yang memiliki seorang putri bernama Zoza. Ia, bagaikan seorang Zoroaster atau Heraclitus kedua, tak pernah sekali pun terlihat tertawa.

 

Maka ayahnya yang malang, yang seluruh nafas hidupnya hanyalah putri tunggalnya itu, tidak meninggalkan satu pun upaya untuk mengusir kemurungan dari wajahnya. Ia mencoba membangkitkan gairah putrinya dengan mendatangkan para pemain kaki galah, lalu peloncat lingkaran, para akrobat, Tuan Ruggiero, para pesulap, pria-pria perkasa, seekor anjing penari, Vracone si monyet pelompat, seekor keledai peminum gelas, serta Lucia si cerewet, dan ini dan itu lagi.

 

Namun semua itu hanyalah sia-sia belaka, sebab bahkan ramuan Tuan Grillo sekali pun, bahkan herba yang getir, bahkan sebilah pedang menancap di dadanya takkan mampu membuat ujung bibirnya terangkat.

 

Akhirnya, tak tahu lagi harus berbuat apa, sebagai jalan terakhir sang ayah yang malang itu memerintahkan agar didirikan sebuah air mancur besar berisi minyak di depan gerbang istana, dengan maksud bahwa siapa pun yang lalu-lalang di jalanan, laksana semut yang berkerumun, akan terkena percikannya, dan agar pakaian mereka tidak tercemar minyak licin itu, mereka akan melompat-lompat seperti jangkrik, meloncat seperti kambing, berlari seperti kelinci, tergelincir, saling berbenturan, hingga mungkin dengan cara itu sesuatu dapat terjadi yang membuat sang putri tertawa.

 

Maka air mancur itu pun didirikan, dan pada suatu hari, ketika Zoza sedang duduk di jendela dengan wajah masam seperti acar, lewatlah seorang perempuan tua. Ia membawa sebuah kendi, lalu mulai mengisinya dengan minyak, menyerap cairan itu dengan spons. Ketika ia sibuk bekerja demikian, seorang page istana, anak nakal setan kecil, melemparkan sebuah batu kepadanya dengan begitu tepat hingga mengenai kendi itu dan menghancurkannya berkeping-keping.

 

Saat itu juga, perempuan tua itu, yang lidahnya tak berambut dan tidak pernah membiarkan seorang pun menginjak punggungnya, berbalik pada si page dan mulai berkata, "Ah, kau makhluk tak berguna, tolol, kepala kotor, pengompol ranjang, kambing meloncat, pantat bayi, jerat algojo, keledai banci! Lihatlah, bahkan kutu kini bisa batuk! Teruskanlah, semoga lumpuh menimpamu, semoga ibumu menerima kabar celaka, semoga kau tak hidup hingga menyaksikan tanggal satu Mei! Teruskanlah, semoga tombak orang Katalan menembusmu, atau tubuhmu dicabik tali (supaya tak ada setetes darah pun terbuang)! Semoga seribu penyakit menimpamu, ditambah angin yang mengoyak layar perahumu! Semoga benihmu hilang tak berbekas! Bajingan, pengemis, anak perempuan kena pajak, penjahat busuk!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun