Â
Namun belum lagi ia benar-benar berbaring, ketika tangannya meraba, ia merasakan sesuatu di belakang leher perempuan itu dan menemukan usus kering serta kantung-kantung kempis yang disimpan si malang itu di belakang tokonya. Tetap menahan diri, raja memutuskan untuk tidak mengatakan apa pun saat itu juga, sebab ia ingin lebih jelas dalam memahami perkara itu. Maka berpura-pura tak tahu, ia pun berlabuh di Mandracchio padahal disangkanya telah tiba di pantai Posillipo; ia berlayar dengan perahu tambangan padahal disangkanya tengah mengemudikan jalur pada sebuah galai Florentin.
Â
Namun baru saja perempuan tua itu terlelap dalam tidur pertama, raja mengambil sebuah kantong kulit kijang berisi batu api dari meja tulisnya yang terbuat dari kayu hitam berhiaskan perak, lalu menyalakan sebuah pelita minyak kecil. Setelah menyelidiki ke bawah selimut dan mendapati seekor harpia di tempat seorang nimfa, seekor Erinia di tempat seorang Anugerah, dan seekor Gorgon di tempat seorang putri Siprus, ia murka sedemikian rupa hingga ingin memutus tali tambatan yang telah merapatkan kapal itu
Â
Mendengus penuh amarah, ia memanggil semua pelayannya, yang ketika mendengar panggilan perang itu segera mengenakan baju mereka dan bergegas naik ke atas.
Â
Mengibaskan dirinya seperti gurita,, sang raja berkata kepada mereka, "Lihatlah kelicikan halus yang dimainkan setan tua ini terhadapku! Aku percaya bahwa aku akan melahap seekor anak sapi gemuk, dan ternyata kudapati sebuah ari-ari kerbau; aku sangka telah menangkap seekor merpati nan indah, dan kini hanya ada burung hantu di tanganku; aku bayangkan menggenggam sepotong lezat layak santapan raja, dan kini kutemukan benda busuk ini dalam cakarku: patut dicicip, lalu diludahkan! Namun demikian, bila seseorang membeli kucing dalam karung, beginilah dan bahkan lebih buruk lagi, yang terjadi! Tapi dialah yang menyusun penghinaan ini, maka dialah pula yang akan menanggung hukumannya! Segera, bawa dia, persis sebagaimana adanya, dan lemparkan keluar jendela!"
Â
Tatkala perempuan tua itu mendengar perintah ini, ia mulai membela diri dengan tendangan dan gigitan, seraya berkata bahwa ia naik banding atas putusan tersebut, sebab raja sendirilah yang memutarnya laksana engkol hingga ia sampai ke ranjangnya; dan selain itu, ia sanggup memanggil seratus tabib untuk membelanya, serta lebih dari segalanya bertumpu pada pepatah yang berbunyi, "Ayam tua menghasilkan kaldu yang lezat," dan pepatah lain, "Jangan tinggalkan jalan lama demi yang baru."
Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130