Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giambattista Basile (sumber: Wikimedia Commons / Nicolaus Perrey, setelah Jacobus Pecini) 

Ketika ia masih meratap demikian, sang kadal berkata, "Segeralah tentukan keputusanmu untuk melakukan apa yang kuminta, atau kau akan meninggalkan raga kasarmu di sini juga, sebab itulah yang kuinginkan, dan begitulah jadinya!"

 

Mendengar titah ini, Masaniello, yang tak tahu harus berpaling pada siapa, pulang ke rumah dalam kesedihan, wajahnya begitu pucat hingga tampak seperti orang terserang sakit kuning.

 

Dan Ceccuzza, ketika melihat suaminya begitu muram, lesu, tercekat, dan kacau pikiran, berkata kepadanya, "Apa yang menimpamu, suamiku? Apakah kau bertengkar dengan seseorang? Apakah ada yang menagih hutang? Ataukah keledai kita mati?"

 

"Bukan itu semua," jawab Masaniello. "Seekor kadal bertanduklah yang mengacaukan jiwaku, sebab ia mengancam akan melakukan hal-hal mengerikan jika aku tidak membawakan putri bungsu kita kepadanya, dan kepalaku berputar bagai penggulung wol, hingga aku tak tahu apa yang harus kulakukan! Di satu sisi aku ditekan oleh cinta, di sisi lain oleh beban rumah tangga! Aku mencintai Renzolla dengan segenap hatiku, aku pun mencintai hidupku sendiri dengan segenap hati: jika aku tidak menyerahkan buah pinggangku ini kepada kadal itu, ia akan mengambil seluruh tubuhku yang malang. Maka berilah aku nasihat, istriku tersayang, atau aku binasa."

 

Ketika mendengar hal ini, sang istri berkata kepadanya, "Siapa tahu, suamiku tercinta, bahwa kadal ini bukanlah musibah, melainkan berkah bagi rumah tangga kita? Siapa tahu, justru dari kadal inilah berakhir segala penderitaan kita? Kau tahu, sering kali kitalah yang justru menebas kaki kita sendiri, dan ketika seharusnya kita memiliki mata seekor rajawali untuk mengenali kebaikan yang datang, justru mata kita kabur dan tangan kita kaku untuk meraihnya. Jadi pergilah, bawalah anak itu kepada kadal, sebab hatiku berkata padaku bahwa keberuntungan menanti anak malang itu."

 

Kata-kata itu meyakinkan Masaniello, dan keesokan paginya---begitu Matahari, dengan kuas sinarnya, memutihkan langit yang hitam oleh bayangan Malam---ia menggandeng tangan putri kecilnya dan membawanya ke gua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun