Mohon tunggu...
Doppo Bungaku
Doppo Bungaku Mohon Tunggu... Pendongeng Pemula

Konon, ada seorang pengembara yang memikul ransel berisi serpihan cerita. Ia mendengar bisikan pohon tua, percakapan api unggun, dan nyanyian anak-anak yang terlupakan. Semua ia simpan, satu per satu, hingga terkumpul menjadi mozaik dongeng yang bisa membuat siapa pun kembali percaya pada keajaiban.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lo cunto de li cunti atau Pentamerone: Hari Pertama

5 Oktober 2025   09:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   09:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Giambattista Basile (sumber: Wikimedia Commons / Nicolaus Perrey, setelah Jacobus Pecini) 

 

Menyaksikan bahwa ia telah menggandakan kerugiannya, ia merasa ingin membenturkan kepalanya ke dinding. Akhirnya, karena setiap duka berakhir dengan sesuap makanan, ketika perutnya mulai berbunyi, ia pun memutuskan untuk melahap ayam itu.

 

Dan demikianlah, setelah mencabuti bulunya dan menusukkannya pada sebuah besi pemanggang yang bagus, ia menyalakan api yang besar dan mulai memanggangnya. Dan supaya segala sesuatunya siap tepat waktu, ketika ayam itu hampir matang ia menghamparkan sebuah kain bersih yang baru dicuci di atas sebuah peti tua, lalu mengambil kendi dan turun ke gudang bawah tanah untuk menuang sedikit anggur dari  tong anggur kecil.

 

Tepat ketika ia sedang menuang anggur itu, terdengarlah suara gaduh, keributan, dan hiruk pikuk di rumah, bagaikan derap kuda berzirah. Ketakutan, ia menoleh dan melihat seekor kucing besar telah kabur membawa ayam itu bersama dengan seluruh besi pemanggangnya, sementara seekor kucing lain berlari mengejarnya, menjerit menuntut bagiannya.

 

Untuk menebus kerugian ini, Vardiello menerkam kucing itu laksana singa yang dilepaskan dari rantai, dan dalam terburu-buru ia meninggalkan tong anggur itu tanpa ditutup. Setelah bermain kejar-kejaran di setiap sudut rumah, akhirnya ia berhasil merebut kembali ayam itu, tetapi seluruh anggur telah habis tumpah dari tong.

 

Ketika Vardiello kembali dan melihat kekacauan di hadapannya, ia membuka tong jiwanya sendiri lewat keran matanya. Namun, dibantu oleh akal sehatnya yang seujung kuku, ia mencari cara menutupi kerusakan agar ibunya tidak menyadari besarnya kehancuran: ia mengambil sekarung tepung yang penuh sesak, padat, penuh tumpah ruah hingga melimpah, dan menaburkannya di atas lantai yang basah.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun