Mohon tunggu...
Mahesa AlifAlMuntadzor
Mahesa AlifAlMuntadzor Mohon Tunggu... Lainnya - ...

...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rantai Hati

24 Februari 2021   07:40 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:44 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ema.....". Ucap Pak Dani sembari menatap ke arah Ema di sebelahnya dengan wajah yang terlihat tenang. "Semuanya akan baik-baik saja. Kamu hanya perlu membantunya untuk menceritakan semua kebenarannya dan semua Ini tidak akan memakan waktu lama kalau kamu dapat bekerja sama dengannya. Dan juga ingat seperti biasa, berbicaralah dengan sabar dan jangan terburu-buru". 

Setelah itu Ema pun mulai menundukkan kepalanya dan lalu memeluk ke lengan kiri Pak Dani di sebelahnya. "Aku….Aku tidak bisa". Ucapnya sembari merasa gelisah. 

"Ema". Ucap Rudi sembari memegang topi bundar hitamnya itu ke bawahnya. "Kami datang ke sini untuk menyelesaikan semua masalah, bukan hanya satu masalahmu saja". Rudi mengucapkannya dengan nada yang sedikit tegas. 

Setelah itu Ema pun mulai kembali merasakan kemarahan dalam dirinya dan lalu mulai menatap balik ke arah pria di hadapannya itu. "Diamlah….". Ucapnya yang pada saat itu masih memeluk lengan Pak Dani. 

"Ema…... Di sini Pak Rudi bukan bermaksud untuk membuatmu merasa tidak nyaman. Seperti yang pernah Bapak bilang, kamu hanya harus tetap tenang dalam setiap percakapan dengan seseorang". Lalu Pak Dani pun mulai menyentuh tangan Ema yang berada di lengan kirinya dalam pelukannya. "Bukankah kamu pernah bilang untuk ingin menghilangkan sifat amarahmu itu?".

Ema terdiam sejenak dan mulai menarik nafasnya dengan perlahan lalu menghembuskannya. "Ya, tapi ini…. Berbeda". Ucapnya yang mulai merasa tenang.

"Berbeda? Apa maksudmu?". Pak Dani terlihat bingung. 

Maaf, Pak Dani…. Tapi aku benar-benar tidak ingin mengatakannya. Pikir Ema menundukkan kepalanya sembari memperlihatkan tatapan getirnya. 

"Pak Neur". Tiba-tiba Rudi memanggil.

"Ya, Pak?". Balas Pak Neur yang pada saat itu sedang berada di dalam ruangan kamar Ema. 

"Kemarilah". Panggil Rudi sedikit tegas. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun