Mohon tunggu...
Mahesa AlifAlMuntadzor
Mahesa AlifAlMuntadzor Mohon Tunggu... Lainnya - ...

...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rantai Hati

24 Februari 2021   07:40 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:44 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Aku tahu yang terjadi kepada Sandi itu benar-benar suatu hal yang keji, terutama di saat kondisinya pada saat itu. Dan kamu pun tahu dia sebagai istrinya selama bertahun-tahun selalu setia padanya--

"Dan setelah sampai wanita itu menyadari bahwa kebebasannya itu semakin memudar setiap waktunya bersamanya….". Lian selalu mulai merasa kesal setiap kali mengingat-ingat wajah wanita itu.

Pada saat itu Kakak terdiam sembari menatap ke arah adiknya itu di hadapannya dengan wajah yang terlihat getir tetapi juga sedikit sedih. "Lian…. Apa yang sudah kamu lakukan kemarin itu telah merusak kesepakatan kita dengan para kepolisian". Ujarnya. 

Lian pun mulai menarik nafasnya untuk menenangkan dirinya. "Kesepakatan itu seharusnya untuk mempertahankan reputasi keluarga kita". Ujarnya sembari menatap ke arah kakaknya. 

"Ya, benar. Lalu mengapa--

"Seharusya……. Apa Kakak masih belum paham juga?". Tatapannya menjadi getir dan juga heran. 

"Kesepakatan itu memang benar seperti yang di katakan, kamu saja yang masih belum menyadarinya--

"Kesepakatan itu hanya untuk melindungi wanita itu--

"--dan kamu ingin memancingnya keluar hanya untuk kepentingan diri sendiri!". Kakak mulai terlihat kesal. "Kamu sudah berlebihan, Lian. Dan juga mulai serakah. Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan dari harta warisan yang ku berikan. Dan kamu masih ingin--

"Warisan itu memang sudah sepantasnya di berikan kepada Kakak sebagai anak tertua, bukan Kakak Sandi. Dan juga aku bukan Serakah tapi mencari keadilan untuk--

"Aku benar-benar selalu benci dengan sikap perlawanan-mu itu, Lian. Apakah kamu bisa menghentikannya". Pada saat itu Kakak mulai terlihat sedikit marah. Tatapannya semakin tajam ke arahnya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun