Mohon tunggu...
Mahesa AlifAlMuntadzor
Mahesa AlifAlMuntadzor Mohon Tunggu... Lainnya - ...

...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rantai Hati

24 Februari 2021   07:40 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:44 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Dan setelah berhenti, Ben pun mulai berdiri dari tempat duduknya yang lalu mulai mengambil handphone-nya yang berada di atas meja di sampingnya dan lalu mengecek ke dalam layarnya.

"Apa masih ada sesuatu hal yang ingin kamu bicarakan?". Ujar Gid

"Masih ada. Tetapi setelah saya pikir-pikir lagi sepertinya biarkan saja saya yang mengurusinya". Balas Ben tersenyum kecil. 

Lalu Ben pun terdiam sejenak sembari memperhatikan layar handphone-nya itu dan mulai menghela nafasnya. Setelah itu Ben pun mulai menggerakkan jari jemarinya di layar handphone miliknya. 

"Ben. Bapak ingin kamu tahu akan sesuatu hal". Ujar Gid yang pada saat itu mulai memperlihatkan tatapan getirnya. "Cinta adalah nafsu. Dan nafsu bukanlah sesuatu hal yang buruk. Tetapi nafsu juga sering kali di anggap hal yang rendah bagi orang-orang yang tidak pernah menyadari hal itu". Setelah itu Gid pun mulai berjalan keluar ruangan yang sedangkan Ben pada saat itu  sedang terdiam sembari berpikir. 

Gid pun mulai berhenti di dekat pintu dalam ruangan itu. "Bapak harap kamu paham. Jika tidak, anggap saja ucapan bapak tadi sebagai tugas untukmu karena tidak memasuki pelajaran Bapak". Gid pun mulai berjalan keluar ruangan. "Ah….Ya. jangan lupa untuk masuk ke dalam kelasmu sekarang". Lanjutnya yang sedang berjalan di luar ruangan. 

"Ya, siap Pak". Jawab Ben yang lalu setelah itu mulai mengangkat handphone-nya ke dekat telinganya. "Mmm…..Mira?". Panggilnya yang pada saat itu juga terdengar oleh Gid yang sedang berjalan di luar ruangan. 

***

Gelap, sunyi dan dingin. Sungguh aneh bagi Ema untuk merasakan sebuah kenyamanan di dalam sana. Di dalam keadaan seperti itu pula ia selalu teringat akan sesuatu hal yang sudah sangat lama ia ingin lupakan. 

Saat itu dia hanyalah seorang gadis kecil periang seperti layaknya anak-anak kecil yang sedang merasa senang dalam usia mudanya pada saat itu. Bermain rumah-rumahan, bermain petak umpet, berlarian, bersepeda, mengunjungi rumah teman, belajar, pulang ke rumah dalam keadaan lelah, makan bersama keluarga, merawat adik kecilnya, bertengkar, di marahi oleh orang tuanya, marah, kesal, benci, sedih, menyendiri, melamun, mengurung diri, mendengarkan sesuatu hal yang tidak mengenakan, merasakan kedinginan, putus asa, suram, kelam dan kegelapan. Sungguh ingatan yang sangat menyedihkan bagi perempuan muda sepertinya. 

Lalu tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka di dalam ruanganya itu. Saat terbukanya pintu itu, mulai muncul sebuah cahaya yang sedikit demi sedikit menerangi ruangan gelap di dalamnya dan juga seorang pria dengan mengenakan mantel hitam beserta topi bundar hitam yang di genggamnya itu mulai berjalan masuk ke dalam ruangan itu. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun