Mohon tunggu...
Mahesa AlifAlMuntadzor
Mahesa AlifAlMuntadzor Mohon Tunggu... Lainnya - ...

...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rantai Hati

24 Februari 2021   07:40 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:44 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pak Gid mulai tersenyum. "Bapak tidak menyangka, ternyata masih juga ada seseorang yang peduli dengan kebun sekolah ini". Ujarnya yang lalu mulai mengambil penyiram tanaman satu lagi yang berada di samping Mira. 

"Hm? Apa sebelumnya kebun ini tidak ada yang pernah merawatnya sama sekali?".

"Hanya sedikit orang yang peduli.. ". Balasnya sembari ikut menyirami tanaman. "Sampai saat ini, masih belum juga ada perubahan jadwal untuk siapa saja yangmengurus kebun sekolah ini".

"Ah… aku baru tahu itu. Baiklah, kalau begitu aku akan memberitahu soal itu kepada paman". Mira mulai menaruh kembali penyiram tanamannya. 

"Aku berterima kasih kepadamu, Mira. Tapi lebih baik kamu memberitahunya nanti saja, karena sekarang beliau masih sedang sibuk mengurus masalah itu. Masih ingat dengan apa yang sudah bapak beri tahu tadi pagi?".

Mira terdiam sejenak dan lalu menundukkan kepalanya. "Ya, benar juga". Mira mulai mengingat kembali tentang kasus itu walaupun ia tidak ingin memikirkannya lagi. 

"Ah ya, Mira. Apakah kamu tahu mengapa laptop itu sangat penting untuk kepentingan sekolah?". Tanya Pak Gid. 

Pada saat itu Mira menggelengkan kepalanya walaupun sebenarnya ia sudah mengetahui alasannya. "Hm? Kepentingan sekolah?". Mira heran dan mulai memandang ke arah Pak Gid yang sedang sibuk menyirami tanaman. "Pak Gid tahu dari mana kalau itu merupakan kepentingan sekolah?". Ujarnya. 

"Pak wakil kepala sekolah sendiri yang mengatakannya tadi, pada saat sedang rapat guru".

Mira mulai berdiri. "Apakah paman benar-benar memberitahunya? Bukankah kasus itu tidak boleh untuk di biarkan tersebar begitu saja?". Mira mulai mengingat kembali tentang perbuatan ibunya yang menyebabkan kasus kematian ayahnya.

Pak Gid mulai meletakkan kembali penyiram tanamannya. "Mira?". Pada saat itu dia menyadari ada yang aneh dari sikap Mira di lihat dari ekspresi wajahnya yang terlihat terkejut. "A-Apa maksudnya itu, Mira? Bukankah sebelumnya bapak menanyakan kepadamu apa alasan laptop itu begitu penting untuk kepentingan sekolah?". Pak Gid terlihat sedikit bingung. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun