Mohon tunggu...
Shabilla Putri Bintang Pratama
Shabilla Putri Bintang Pratama Mohon Tunggu... XII MIPA 5

Salam sejahtera untuk semua rekan-rekan pembaca dan penulis. Mari saling berinteraksi guna meningkatkan literasi di negeri tercinta kita ini!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kereta Terakhir

20 Februari 2022   10:46 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:20 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Oooo. Begitu. Teman sekolah, kah?" imbuh Bas kembali. Pemuda itu telah rampung menyetem gitar kepunyaannya. 

"Adik kelas dulu pas SMP. Sekarang dia kelas tiga." Indra mengamankan ponselnya ke saku celana, lantas menjawil bahu Bas untuk ikut bergabung dengan Jengga dan Nara yang telah siap sedia untuk tampil. 

Bas tak bercengkrama lebih banyak, memilih tuk mengikuti langkah Indra dengan gitar yang tengah dibawanya dengan tangan. Baskara duduk dekat Jengga dan Nara. Sementara itu, Indra dengan gitar miliknya menjatuhkan diri pada kursi lipat di samping Jengga.

"Tunggu sebentar, deh. Ini kayaknya kita kelebihan bawa barang." Jenggala angkat suara, kepalanya memirsa satu-satu wajah temannya. "Kok ada biola?" tanyanya dengan bingung.

"Pas, kok. Temenku katanya mau ke sini. Maaf lupa ngasih kabar." Indra menimpali. Pemuda itu sekarang sudah memangku sebuah pianika berwarna biru langit dengan banyak dihiasi karakter Pororo. Ia menatap Jengga guna meyakinkan. "Lagi di jalan. Sebentar lagi kata dia bakal sampai."

Serikat Hujan hanya mengangguk sebagai jawaban. Jenggala Sukma mengetuk-ngetuk batang recorder-nya pada tempurung kepala, bikin Baskara mengernyit. "Ikut nyanyi? Asik! Nambah teman lagi," seru Jengga terlampau senang. Bas yang gatal lalu membuat sebuah gerhana dengan meletakkan tangannya di belakang kepala Jengga, menghalangi batang recorder untuk menyentuh permukaan kepala Jengga lagi. 

"Udah, jangan digetok kepalanya, kalau mental serem." Bas menarik kembali tangannya. Jenggala kemudian tertawa pelan, "Nanti, kalau mental, Bas yang ambil, ya?" timpalnya sambil terus tertawa. Baskara menatap ngeri tapi tak lagi menimpali malah tiba-tiba sibuk melamun. Entah melamunkan apa.

Indra ikut tersenyum singkat, ia lanjut menjawab pertanyaan Jengga, "Nggak nyanyi. Dia jadi pengiring aja, sudah kukasih tahu lagu yang bakal dibawa hari ini," jelas Indra kembali.

Jenggala menggulir batang recorder-nya di antara telapak tangan. Sebab agak bosan, ia pun memainkan nada dengan acak. Bas agak sedikit terganggu, jarang-jarang ia merasa seperti itu. Bas berkata, tolong kecilkan suaranya. Lantas pemuda itu kembali terhisap pada sebuah lamunan.

Dua menit setelahnya, ada seorang pemuda semampai yang mengendarai sepeda gunung berwarna kuning cerah. Pemuda itu memakai celana pendek selutut berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja tartan berwarna merah yang agak kebesaran. 

"Sakka, sepedanya taruh di parkiran." Suara Indra sedikit melengking. Orang yang dipanggil Sakka lalu mengangkat ibu jarinya di udara. Ia kembali menghilang untuk beberapa menit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun