Hal ini lantas membuat Saki mengambil sebuah langkah yang entah benar atau salah, ia menarik kembali Tadjendra dari balik jeruji, mendatangkan seorang tinggi besar yang dipercayanya untuk mengurusi Kisan saat ia lepas kendali. Ia membuat situasi kembali normal seolah-olah Kamala tak pernah pergi, semua ini Saki lakukan dengan harapan agar Kisan tak lagi lepas kendali dan mesti dilarikan ke rumah sakit lagi. Syakira terlalu takut, ia memutuskan segalanya dan hanya memikirkan kemungkinan terbaiknya saja. Hal-hal pahit yang menjadi akibat tak ia pikirkan, contohnya saja perasaan Damara.
Damara kaget melihat kekacauan dan keruwetan keluarga ini, Saki mewanti-wanti orang rumah untuk tak menyinggung soal nama Damara yang sebenarnya. Damara merasa sedikit tersentil, ia sakit hati dan tersinggung. Ia hendak melayangkan protes tapi tidak bisa, semua orang di rumah begitu mendedikasikan perannya untuk Kisan.
Suatu malam saat sang lunar begitu meruncing, Damara dan Saki terlibat dalam perbincangan yang dalam. Saki amat sangat memohon agar Damara sudi mengobati sakit Kisan dengan menjadi seorang Kamala. Damara berpikir keras sampai pening, bukankah dengan begini Kisan tak pernah bisa menerima kenyataan yang sebenarnya? Ah, tapi pada akhirnya Damara menurut saja sebab ia memiliki hutang budi atas kebaikan hati Saki untuk mengizinkannnya tinggal di sini.
Damara menguak satu informasi. Ternyata berita duka soal kepergian Kamala ditutupi dari publik. Kediaman Aswangga menutupnya rapat-rapat. Ia dulu tak sengaja mendengar informasi tersebut dari Amel dan asisten keluarga lain yang tengah bergunjing di dapur. Katanya, orang yang bernama Arkais yang memutuskan.Â
Dia doyan sekali menyiksa Kamala semasa ia hidup.
A-Ah, ternyata begitu. Ooo, Damara paham. Omong-omong soal Arkais, kata Syakira ia tengah sibuk melakukan pekerjaan di luar negeri jadi hanya mampu berkomunikasi lewat telepon.
Arkais orangnya dingin. Damara merinding kala ia berbincang dengannya. Arkais mengerikan.
Waktu terus bergulir. Kini, Damara disekolahkan di tempat Kisan dan Kamala dulu menimba ilmu. Urusan identitas Saki yang mengurus, toh pihak sekolah tak menaruh curiga, pasalnya Damara benar-benar mirip dengan Kamala. Mereka mudah dikelabui. Di sanalah awal mula Damara berjumpa dengan seorang Renjana Wolu Suryaji atau katanya Kamala biasa menyapa orang tersebut dengan sebutan Sura. Orangnya galak. Datang-datang langsung menggebuk Damara keras-keras. Konyol, ia memukuli Damara sambil menangis meski Sura berdalih air mata itu keluar karena ia mengantuk Damara tak dungu dengan langsung percaya. Sura sedih, kangen, tapi gengsi.
"Ngapain lo masuk sekolah lagi?! Sana balik ke rumah, ngga usah ke sini sekalian! Gue sudah punya teman baru, ngga butuh lo!"Â
Damara hanya bisa senyum cengengesan. Wow! Syakira ternyata hebat membuat skenario! Katanya selama menghilang ini Kamala sedang sakit campak. Jadi sekarang Damara harus mengenakan jaket dan masker, totalitas sekali, totalitas sampai tubuhnya gerah dan kepanasan. Oh iya, kini, rambut Damara telah dipangkas. Poninya tak lagi panjang.
Kemuraman Damara terendus hidung Sura. Sura mulanya bertanya, kenapa sekarang ia jarang berinteraksi dengan Kisan padahal dulu biasanya sering sekali bersama? Ada masalah apa, Mal, sini cerita ke gue, katanya saat jam istirahat.Â