"Inget, jangan panik. Kalau sampai kamu kalah sama Baskara yang bandel itu, ngga akan kulaporin lagi keadaan saudaramu saat ini. Inget, La. Chill. Jangan tertipu sama akal bulus Baskara lagi." Derana berbisik tipis-tipis, ia mengancam Jenggala sungguh-sungguh.
"Sana, pokoknya harus menang!"
Jenggala tak menjawab, ia hanya mengangguk kecil dan berjalan sedikit lebih dekat ke posisi Baskara.
"Mulai, ya? Kertas, gunting, batu---" Baskara memotong ucapannya lalu berteriak sangat lantang sampai-sampai Lunara, Jengga dan pembeli yang sedang membayar terlonjak kaget.
"Jengga kalau buka bumbu mie, kamu buka pake apa?!" Baskara bertanya dengan cepat serta nada yang sangat tinggi. Ia berteriak yang malah membuat Jengga panik. Tak lupa tangannya ia sodorkan dalam bentuk kepalan. Membentuk sebuah batu.
"GUNTING!" Spontan saja Jengga berteriak dan mengeluarkan gunting.
"La, serius?! Padahal udah kukasih tahu!"Â
Jenggala meringis ia berjongkok sambil menutup wajahnya yang merah. Entah karena marah atau tak kuasa menanggung malu karena tak sengaja latah.
Di detik selanjutnya, Derana mengilang.
Sementara itu, Baskara tertawa pongah. Ia sampai terbahak-bahak keras. Pemuda itu berjingkrak-jingkrak senang.Â
"HOREEEE! NGGA MANGGUL TAS GITAR LAGI, SELAMAT TUAN MUDA JENGGALA SUKMA! KAMU BERHASIL MENDAPATKAN SEBUAH TAS GITAR DAN SEPERANGKAT RANSEL GEDE YANG BERAT BANGET." Baskara terpekik heboh, ia menyalami Jengga yang masih berjongkok.