"Bunda ngga perlu membalas, bertemu ataupun tidak Damara sudah tahu bahwa kalimat sayang yang Bunda ucapkan pada malam itu adalah sebuah bentuk muslihat agar aku bisa enyah dan berhenti mengotori popularitas Bunda yang sungguh sangat sempurna."
Buket itu kemudian usai di sebuah tempat pembuangan. Jeremiah, sejujurnya semesta mentertawakan sikapmu yang plin-plan.
Untuk apa pula berceloteh soal keberhargaan seruni yang katamu begitu agung? Lihat, sekarang nasibnya tragis dan mesti usai di antara beratus belatung dan sampah-sampah yang sungguh sangat lembab.
Memang benar sih, seruni itu begitu berharga.
Berharga untuk menyulut kemurkaan dan kecewa yang selama ini ia kubur dalam-dalam di palung terdasar hatinya.
Berharga untuk mengingatkan diri bahwa meski kini ia begitu membenci ibunya, ada perasaan lain yang terus hidup meski hanya sedikit menyisakan ruang dan meninggalkan sebuah kelayuan tak terpelihara.
Damara tetap mencintai sang ibu, meski ia tahu orang yang ia cintai takkan pernah membalas rasa sayangnya hingga hidup Damara usai nanti.
Damara tidak tahu harus di buang ke tempat pembuangan mana sekam-sekam bekas amarah yang selama ini terus terbang di dalam hatinya.Â
Akan tetapi untungnya kini ia mengerti satu hal.
Membenci orang yang begitu disayangi dalam satu waktu begitu memperkaya hatinya dengan ragam emosi yang berbeda.
Sukar dan menyiksalah salah satunya.