Mohon tunggu...
Shabilla Putri Bintang Pratama
Shabilla Putri Bintang Pratama Mohon Tunggu... XII MIPA 5

Salam sejahtera untuk semua rekan-rekan pembaca dan penulis. Mari saling berinteraksi guna meningkatkan literasi di negeri tercinta kita ini!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kereta Terakhir

20 Februari 2022   10:46 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:20 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara Baskara dari tadi sibuk menggiling makanan apapun yang disuguhkan Indra dan keluarga. Pemuda itu bahkan memuji masakan Mama Indra yang baru selesai dimasak tadi, untuk santap sarapan nanti. Mahabala si hobi makan memang tak kenal kata kenyang.

"Jawab atuh, eta tadi kata Kak Nara kamu disuruh makan dulu ceunah. Mamanya Indra nanyain kamu, tuh. Kayaknya kamu dipinta makan duluan. Gera-gera, ayam kecapnya enak pisan!" seloroh Bas seraya bangkit dan menyodorkan daging buah yang tak jua beralih tempat. Posisinya kini Bas tengah berdiri dengan mata yang tak teralih dari adegan Rudy dan Snap yang sedang menggambar menggunakan kapur ajaib. 

(Jawab dong, itu tadi kata Kak Nara kamu disuruh makan dulu katanya. Mamanya Indra nanyain kamu, tuh. Kayaknya kamu dipinta makan duluan. Cepet sana, ayam kecapnya enak banget!)

"Kela atuh, Bas. Ini aku keur mikir jangan diganggu." jawab Jengga pada akhirnya. Sang pemuda lama-lama tertarik dengan tontonan yang dari tadi dinikmati temannya itu.

(Kela itu artinya kaya sebentar, teman-teman. Sementara keur itu bisa diartikan sebagai lagi. Cakapan yang Jengga dan Bas seperti ucapan biasa dilakukan ke teman sebaya. Hehehe.)

Baskara berbalik, ia kemudian berujar, "Nggeus tong dipikiran teuing, nanti cepet keriput mun banyak pikiran. Teu kudu pusing, aya aku jeung Kak Nara, Jengga. Mun si Om macem-macem deui, ngke sama ayahnya Indra di dor! Dor-dor! Aiguu kamchagiya!" seloroh Baskara dramatis. 

(Udah jangan terlalu dipikirin.)

"Yeuh, ah. Kudu dimakan. Urang mau sasapu dulu, gaenak sama keluarga di sini. Maneh tong ka mana-mana. Omat ieu mah, makan aja weh. Istirahat heeh, tong loba pikiran."

Baskara langsung menyumpal bibir Jengga dengan potongan buah mangga. Tanpa merasa berdosa, dirinya berlalu pergi selepas membuang biji mangga ke tong sampah yang ada di dalam kamar. Pemuda itu mencari sapu untuk membersihkan ruangan tempat mereka menginap sekarang.

Jenggala pada akhirnya mengunyah potongan mangga tersebut, ucapan Baskara memang ada benarnya. Akan tetapi, bukankah setiap orang memiliki rasa takut? Jenggala takut ada bagian tubuhnya yang dicuri lagi. Ia takut kembali diracuni. Ia takut untuk dipukuli.

Sekarang Jengga tengah memakai baju kebesaran dengan celana pendek selutut. Meski Baskara mewanti-wantinya untuk tetap beristirahat dan diam, tapi Jengga tak mau patuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun