Tadi, Kisan membual pada Bi Amel soal kelahapan makan Kamala. Sedari tadi, Kamala tak berselera untuk makan lagi. Karenanya, Kisan mengangkut ayam kremes milik kembarannya ke dalam kamar diam-diam. Takut ketahuan. Sekarang, makanan itu diletakkan pada meja belajar Kisan.
Kasur Kamala disinggahi Titi, kucing berbulu putih itu merapat pada tubuh Kamala guna mencari sesendok kehangatan sambil menguarkan energi positif agar sang tuan merass baikan. Â Kucing itu menemani tidurnya.
Kisan Aswangga tengah berbaring menatap langit-langit kamar yang gelap.
"Jarna sok tahu. Siapa bilang kamu pengadu? Bahkan saat dikerjai kaya tadi aja kamu masih tertutup dan ngga mau cerita."Â
"Besok pokoknya mereka yang ganggu kamu bakal sakit perut. Rasain. Siapa suruh gangguin adik aku."
Kisan beranjak dan mendudukan diri di kasur milik Kamala. Tangannya terulur, mengusap benjolan yang menyembul di dahi dan belakang kepala adiknya yang masih disinggahi kemasygulan.
"Simsalabim, benjolnya bakal ngga sakit lagi, dor!" Kisan mengucap sebuah mantra. Lalu, ikut bersempit-sempit berbaring di samping adiknya.
-
Tengah malam Kamala bangun karena kelaparan. Ya ampun! Kasurnya sempit sekali. Kisan tertidur pulas dengan kepala yang menyembul di sisi kasur. Kamala bergerak untuk mencari makanan di lantai bawah, pergerakannya bahkan tak mampu membuat Kisan dan Titi terusik.
Tangan Kamala mengangkat kepala Kisan pelan-pelan, lalu meletakannya di atas bantal. Agak khawatir jika lehernya sakit.
Hendak ulam, pucuk menjulai. Kebaikan hati seseorang begitu membuat Kamala senang setelah melihat ayam kremes miliknya ada di meja belajar Kisan.