Mohon tunggu...
Shabilla Putri Bintang Pratama
Shabilla Putri Bintang Pratama Mohon Tunggu... XII MIPA 5

Salam sejahtera untuk semua rekan-rekan pembaca dan penulis. Mari saling berinteraksi guna meningkatkan literasi di negeri tercinta kita ini!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kereta Terakhir

20 Februari 2022   10:46 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:20 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamala cemberut, "Bi Amel, buat Mala aja, ya, semuanya? Kiki, kan, lagi bobo. Kalau dibiarin nanti basi, kan sayang ...." ucap si tampan dengan banyak dalih dan alasan. Kesangatan inginnya disebabkan cinta mati dengan hal yang manis-manis yang tak kuasa tuk digubris.

"Ngga akan basi, kok. Nanti sama Bibi ditaruh di kulkas. Ayo, harus ingat saudaranya." jawab Amel memberi tahu. Kamala meraut ekspresi sedih, tapi tangannya sibuk memindahkan dua buah dadar gulung ke atas piring miliknya dan menyisakan tiga untuk Kisan santap nanti. 

Kamala Gersa menyerahkan kotak itu kepada Amel, "Makasih, Bibi." ucapnya tulus. Ia menunggu Amel untuk memasukan kotak itu ke kulkas menjulang yang ada di pojok ruangan. Setelah Amel berjalan menuju Kamala, sang rupawan menuntun tangan seorang Amelia Sumarni tuk dibawa ke halaman belakang rumah yang asri. 

Dahi Amelia mengerut dalam kala bertanya pada remaja yang sedang membawanya menuju suatu tempat, "Mala, mau ke mana, kasep? Bibi mau nyiram tanaman punya Mama Saki di taman depan ...."

"Bibi harus istirahat. Ayo main sama Mala di belakang! Kita makan dadar gulung. Soalnya sekarang sepi. Kiki kalau udah bobo susah dibangunin." cakap yang lebih muda. Tangan yang menuntun Amel ia lepas untuk digunakan menggeser pintu kaca lebar yang membatasi ruangan dengan kejernihan suasana sore di halaman belakang. Kamala berberat hati untuk melewati pintu samping, karena rasa takutnya terus menggeliat mengingat Arkais yang menyeretnya lewat pintu itu.

Rumput tipis yang selalu rapi terhampar luas. Kamala sebenarnya bingung mau menyematkan nama halaman atau taman di tempat ini. Di halaman rumah yang sungguh amat sangat luas, banyak bebungaan anggrek, mawar dan bunga kertas yang menginvasi sisi tersejuk tanah. Maju ke arah utara ada sabana berlatarkan polosnya hijau rumput yang menghampar luas tak dihiasi apapun lagi, itu tempat Arka biasa menghabisi Kamala. 

Lewat pintu belakang sini suasana lebih semarak akan warna. Benteng tinggi begitu subur ditumbuhi kamperfuli yang tengah berbunga. Lebah-lebah beterbangan merayu kembang-kembang manis yang telah mekar sepenuhnya. Di sisi kanan ada empat buah kursi dan sebuah meja yang berdiri anggun di atas sekotak bagian batuan kerikil putih. Kursi-kursi itu melingkari meja yang di atasnya berdiri sebuah vas antik yang diisi setangkai mawar merah yang telah rekah. Melati bintang menjamahi kanopi kaca dan memeluk sepenuhnya tempat itu, hijaunya sulur yang menjuntai-juntai di beberapa sisinya terembus pelan kala angin menyiul dari Timur. 

Kamala menuntun kembali tangan Amel. Ia membawa langkah mereka pada pijakan kayu berbentuk persegi panjang yang berujung pada kerikil-kerikil putih yang cantik. 

"Bi Amel duduk aja di sini." kata Mala sambil menunjuk sebuah kursi, "Mala mau main di sana." lanjutnya dengan mata memandang ke dekat benteng.

Amelia menggeleng, "Bibi harus nyiram tanaman, Mala. Mainnya nanti, ya?" kekhawatiran tersirat pada nadanya. Namun, kesangatan ingin seorang Kamala membuat wanita itu terduduk rikuh sambil menatap lekat wajah orang yang ada di sampingnya.

"Ini buat Bi Amel, pasti capek, kan, dari tadi Bibi udah bekerja keras? Nah, sekarang Bibi harus istirahat. Dadar gulungnya buat Bibi. Aku lagi bosen, jadi, urusan menyiram serahkan aja sama Mala." kata Kamala. Tangannya meletakan sepiring dadar gulung di atas meja. Orang itu langsung melesat ke halaman depan. Melintasi rumput-rumput, lanjut menyelinap di antara pinus-pinus yang tumbuh dengan baik. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun