Kita kembali dipertemukan.
Namun, dalam sebuah nelangsa yang euforianya tak lagi semangat dan semarak.
Malaikat lantas mengetuk pintu, sebuah bingkisan pos datang tanpa kabar dahulu.
Sesuatu menera dengan gamang dan malu-malu, di sebuah perjamuan ia berkata, "Pergilah tidur, aku akan menunggu ... di sampingmu."
-
Pukul lima pagi Damara dibangunkan dengan sebuah panggilan telepon yang meraung-raung. Ia tengah berbaring di kasurnya dengan sebuah lilitan erat dari selimut.Â
Dari semalam ia demam.
Damara mengerang, ia menyibak selimutnya dengan lemas. Tubuhnya tak kunjung baikan padahal sebelum tidur ia sudah minum obat. Damara terbiasa mengurus diri sendiri saat sakit begini, tapi rasa-rasanya sekarang begitu merepotkan mengurusi diri tanpa bantuan orang lain.Â
Ponselnya terus berdering tak henti.Â
Butuh waktu baginya untuk bangkit dari kasur untuk sekadar duduk dan mengembalikan kesadarannya yang masih melayang separuh. Saat berdiri matanya tiba-tiba gelap, tangannya mesti harus mencari pegangan agar tidak ambruk.Â
Hajatnya untuk makan pun ia abaikan sejak kemarin.