Mohon tunggu...
Shabilla Putri Bintang Pratama
Shabilla Putri Bintang Pratama Mohon Tunggu... XII MIPA 5

Salam sejahtera untuk semua rekan-rekan pembaca dan penulis. Mari saling berinteraksi guna meningkatkan literasi di negeri tercinta kita ini!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kereta Terakhir

20 Februari 2022   10:46 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:20 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendadak matanya kembali menghitam. Suara berdebum menyesaki ruang yang sangat bisu oleh kata. Damara terantuk langkahnya sendiri.

Kepalanya membentur lantai. Sakit. Pinggangnya nyeri. Ia enggan buru-buru bangun. Lebih leluasa membiarkan tubuhnya merebah di atas ubin yang begitu nafsu membumbui punggungnya dengan rasa beku.

Matanya memandang kosong langit-langit yang masih disinari cahaya lampu. Tangannya perlahan memegang dahi dan mengenyahkan plester kompres yang sudah tak lagi dingin.

Sayup-sayup Damara mendengar bel apartemennya ditekan oleh seseorang. Barangkali tetangganya yang khawatir sebab suara benda jatuh tadi amat sengat besar dan terasa. 

Suara itu enggan enyah hingga bibir Damara yang kering mulai bergerak dengan hampa.

"Tuhan, di sini sakit." Damara menunjuk kepalanya yang kini mulai berdarah.

Lantas sehabisnya Damara menyentuh leher yang kemarin dicekik Kisan, "Di sini juga." 

"Lalu, yang paling sakit ada di sini." 

Damara menunjuk dadanya. Damara menunjuk tempat diletakkan perasaannya.

Suara bel itu tak kunjung pergi hingga suara terakhir yang bisa Damara dengar dengan jelas adalah suara ia mereguk salivanya sendiri.

Sepi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun