Lelaki itu berjalan menghampiri Kamala yang murung ditemankan suara malam yang tak seperti biasanya sungguh sangat sepi.
Kedatangan si sulung tak terdengar rungu, Kamala masih tetap memejamkan mata dan menenangkan hatinya yang tersayat luka.
Gemerisik suara plastik yang dikuak Kisan mengambil alih atensi Kamala sekaligus. Lelaki itu terkejut, namun lanjut tersenyum.
"Tadi Sura mampir ke sini, katanya stroberi sama susu itu buat kamu."Â
Kisan tak menjawab hanya mencomot satu buah stroberi dan langsung melahapnya.
"Iya, makasih." kata Kisan.
Lelaki berhidung bangir itu menatap Kamala dengan lekat, pandangannya meminta Kamala untuk jujur dan bicara. Akan tetapi, sepertinya sang adik lebih memilih untuk bungkam dan mengonsumsi pedihnya sendiri.
"Aku mau masuk, gerah banget hehehe. Duluan ya, dadar gulung punya Kiki ada di kulkas."Â
Kisan bergeming. Ia menatap punggung Kamala yang mengilang masuk ke dalam rumah. Ayam kremes dan dua buah dadar gulung teronggok di meja.
Buruk. Kala Kamala mengabaikan makanan kesukaannya, situasi hatinya pasti tengah disesaki badai petir yang sangat dahsyat.
Si sulung meradang. Bahkan ia pun tak pernah melukai Kamala barang memukul atau mencubit, sementara Jarna?Â