"Akh."
Kamala dipanggul di bahu. Sekali lagi lelaki itu memuntahkan darah yang mengenai baju orang yang memanggulnya.Â
"Menjijikan." kata Arkais. Kamala ditempeleng keras. Kesadaran lelaki itu kembali dicabut, sekarang untuk kali kedua. Ia pingsan.
-
Tindakan kriminal yang dilakukan Arkais dengan dokter bedah bernama Jenandra sungguh sangat dibenci makhluk langit. Rerumputan menyerapahi perbuatan manusia yang bahkan sangat tak berakal.
Dini hari, tindakan keji mereka telah selesai dilakukan. Setelah mendapat apa yang telah diinginkan, Jenandra dan Arkais membuang tubuh Kamala di perkebunan pohon karet dekat sebuah desa. Mereka tak begitu memikirkan kedepannya akan bagaimana, yang jelas jabang pundi rupiah telah mereka genggam.
"Hasilnya adil. Nanti kubagi dua." ucap Arkais setelah melempar tubuh Kamala sampai menabrak sebuah pohon. Daun-daunnya bergoyang. Kedua makhluk itu melesat kabur menjauhi tubuh Kamala yang koyak baik batinnya, maupun jasmaninya. Ia membuali sang istri dengan bekerja ke luar negeri. Padahal sekarang ia sedang melancarkan sebuah rencana bejat tak manusiawi.
Kumandang adzan subuh terdengar bersahutan dengan teriakan pekerja perkebunan karet milik ayah Javaskara. Kamala segera dilarikan ke rumah sakit. Nyawanya tipis-tipis. Kritis. Kamala koma akibat trauma berat di kepala dan kondisinya kian memburuk akibat perbuatan Arkais.
Kamala koma selama berbulan-bulan. Tentu ayah Javaskara sudah melapor pada pihak yang berwajib. Akan tetapi Arkais dengan kuasa dan kelicikannya membungkam mulut keamanan setempat guna tetap tak acuh dan tak mencari keluarga Kamala.Â
Kemalangan datang untuk kali kesekian.Â
Sebab tak ada satu pun keluarga yang datang mengaku bahwa Kamala adalah anak mereka. Ayah Javaskara yang merawat Kamala sambil terus menunggu barangkali ada yang datang.