Mohon tunggu...
Shabilla Putri Bintang Pratama
Shabilla Putri Bintang Pratama Mohon Tunggu... XII MIPA 5

Salam sejahtera untuk semua rekan-rekan pembaca dan penulis. Mari saling berinteraksi guna meningkatkan literasi di negeri tercinta kita ini!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kereta Terakhir

20 Februari 2022   10:46 Diperbarui: 21 Februari 2022   20:20 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Bali mereka lewati sekarang. Pepohonan rimbun yang tumbuh besar di sisian jalan beraspal bertumbuh kukuh dengan daun-daun hijau muda yang melambai syahdu kala angin pagi menggoda mereka tak pakai basa-basi. Pagar-pagar hitam dan sebuah gedung sekolah mencengkram tanah dengan gagah. Mobil sedan itu berbelok ke arah kanan.

Pemberhentian terakhir mereka telah sampai.

Selanjutnya, supir Indra pamit untuk kembali ke Cimahi. Indra katanya mau main di apartemen Nara, jadi jemputnya nanti saja.

Baskara bilang sinar surya cukup hangat pagi ini, ia bersin-bersin beberapa kali. Pemuda itu sedikit melupakan rasa nyeri dan malu saat terperosok di kursi kala fajar tadi. Diikuti oleh Indra dan Nara, Bas membuka bagasi mobil dan mengangkut sebuah tas gitar, satu perangkat pianika, beberapa perlengkapan pelengkap lain, pula sebadan biola yang dilengkapi sebilah bow yang begitu ramping. Jenggala turun dari mobil, ia memungut dua buah baroque recorder berwarna putih gading dari bagasi. Jengga juga ikut membantu membawakan beberapa kursi lipat untuk diletakkan di dekat patung gitar berukuran besar dengan warna merah yang sangat semarak.

Taman hanya diisi beberapa orang yang sedang duduk bersantai pun hanya untuk mengonsumsi beberapa sekon untuk bercengkrama dengan orang tersayang. 

"Jangan terlalu terbebani," gumam Lunara telanjur bicara mendristraksi kegiatan Jengga yang tengah menyusun kursi. "Kita datang untuk melepas beban. Menyanyilah sampai kamu puas. Baik aku, Indra, dan Bas paham betul bahwa lagu yang akan kita bagi hari ini adalah lagu kesukaan kamu. Mari, untuk kita semua, buat sebentar aja, buang beban-beban yang selama ini memberati hati." 

Untuk sejenak, otak seorang pemuda-Jenggala-sempat kosong barang beberapa detik. Tak memakan waktu lama, sebab setelahnya Jengga tersenyum lebar. Ia mengangguk menyetujui lalu bersuara sedikit, "Makasih, Nara."

Indra masih sibuk dengan ponselnya. Baskara yang notabene selalu serba ingin tahu lantas bertanya sedikit pada Indra.

"Ngapain, In?" tanya Baskara. Ia sedang duduk di atas coran bangku sambil menala sinar gitar akustiknya sampai dirasa nada yang dikeluarkan cocok di telinga.

Indra menoleh sebentar, lalu membuat gestur tubuh seolah mengatakan, sebentar.

"Hubungi teman. Sakka. Mau kemari, katanya," jawab Indra kemudian. Ia menunjukkan percakapannya dengan Sakka pada Bas-yang masih bertahan dengan sifat keingin tahuan yang sungguh sangat mengakar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun