Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Model Sistem Kompleks Adaptif dalam Interaksi AS, RRC, India, dan Rusia untuk Prediksi Wajah Dunia

31 Mei 2025   20:22 Diperbarui: 31 Mei 2025   20:22 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selama bertahun-tahun, Liga Arab dianggap lembaga seremonial yang tidak efektif. Namun invasi Gaza dan percepatan normalisasi politik dengan aktor-aktor non-Arab, seperti Israel dan Turki, telah mengaktifkan kembali refleksi regional. Pertemuan-pertemuan tingkat tinggi kini tak lagi sekadar formalitas, tapi mulai menampilkan keinginan untuk menyusun ulang orientasi geopolitik kawasan.

Arab Saudi dan UEA, yang sebelumnya berlomba membangun hegemoni satu sama lain, kini mulai membuka kanal kerja sama yang lebih terkoordinasi. Mesir kembali mengambil peran sebagai penengah, sementara Aljazair dan Maroko mendorong pendekatan multilateral untuk isu Sahara Barat dan integrasi ekonomi Afrika Utara.

"Pan-Arabisme bukan ilusi masa lalu. Ia adalah kerangka moral untuk dunia Arab yang berdaulat dalam sistem global yang brutal."
 ---Edward Said

Energi, Islam, dan Identitas yang Bersatu dalam Badai

Ada tiga poros baru yang membuat kesadaran Pan-Arab relevan kembali:

1. Poros Energi: Dunia tengah memasuki transisi energi, namun wilayah Arab tetap memegang kartu penting dalam suplai minyak dan gas. Negara-negara OPEC+ seperti Arab Saudi, Irak, dan UEA sadar bahwa jika tidak bersatu, kekuatan tawar mereka terhadap Barat dan Timur akan melemah.

2. Poros Islam: Konflik Palestina, status Yerusalem, dan nasib umat Muslim di kawasan menjadi isu pemersatu baru, sekaligus alat soft power untuk membentuk koalisi moral dan simbolik yang menjangkau Dunia Islam yang lebih luas.

3. Poros Identitas: Di tengah derasnya arus globalisasi, kaum muda Arab mulai mempertanyakan masa depan mereka. Gerakan intelektual dan budaya---baik melalui film, musik, literatur, maupun media sosial---telah menyulut kebangkitan identitas Arab yang inklusif dan kontemporer.

Pan-Arabisme Baru: Dari Retorika ke Arsitektur Strategis

Berbeda dengan romantisme masa lalu, Pan-Arabisme baru tidak bersifat ideologis mutlak. Ia cenderung pragmatis, berbasis pada kesadaran bahwa kawasan ini hanya akan dihormati di pentas global jika bersatu dalam agenda minimum: keamanan kolektif, integrasi ekonomi, dan kedaulatan politik dari tekanan eksternal.

Koordinasi militer melalui latihan gabungan, de-dolarisasi sebagian perdagangan regional, serta proyek-proyek infrastruktur lintas negara---dari jaringan rel cepat Maghrib-Levant hingga grid energi Teluk-Afrika Utara---adalah contoh langkah nyata menuju "Pan-Arabisme fungsional".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun