Bab 1. Pendahuluan
c. Urgensi Model Prediktif Multipolar
"Ketika dunia tak lagi terpusat pada satu kekuatan, maka masa depan tidak bisa diramal dengan doktrin lama. Kita membutuhkan kompas baru."
 --- Refleksi atas dunia pasca-unipolaritas
Dunia telah bergeser dari satu kutub dominasi ke arah entropi kekuasaan---yakni kondisi ketika kekuatan global terdistribusi dalam banyak pusat gravitasi. Pasca-Perang Dingin, kita sempat menyaksikan dominasi unipolar Amerika Serikat. Namun hari ini, poros geopolitik global telah membentuk struktur multipolar yang dinamis: AS masih menjadi adidaya militer dan kultural, namun RRC menjadi raksasa ekonomi dan manufaktur, India tumbuh sebagai pusat populasi dan teknologi, sementara Rusia tetap pemain penting dalam energi, militer, dan ruang Eurasia.
Dalam dunia seperti ini, ketidakpastian menjadi norma, bukan pengecualian. Aliansi bersifat cair, konflik tidak lagi bersifat konvensional, dan kekuatan tak selalu terlihat dalam ukuran militer. Di sinilah kebutuhan mendesak muncul: dunia membutuhkan model prediktif yang mampu membaca interaksi multipolar secara ilmiah, sistemik, dan dinamis.
Mengapa Pendekatan Lama Tidak Lagi Cukup?
Pendekatan geopolitik tradisional seperti realisme atau neorealisme cenderung menekankan pada kepentingan nasional, kekuatan militer, dan keseimbangan kekuasaan. Namun dalam lanskap hari ini, pendekatan tersebut gagal menangkap:
Perubahan mendadak akibat disrupsi teknologi atau informasi. Contohnya, peran AI dan siber dalam mengubah struktur kekuatan global.
Aliansi temporer yang muncul bukan karena ideologi, tetapi karena konvergensi pragmatis. Seperti India yang bisa ikut QUAD bersama AS, tapi juga tetap terikat secara ekonomi dan militer dengan Rusia.
Konflik hibrida dan asimetris yang melampaui batas negara: cyber warfare, proxy war, weaponized trade, hingga digital propaganda.
Dunia multipolar tidak hanya membutuhkan peta kekuatan, tetapi model interaksi dinamis yang dapat memperkirakan titik-titik bifurkasi---yakni momen kritis di mana sistem geopolitik bisa runtuh ke arah konflik besar, atau justru melahirkan keseimbangan baru.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105