Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Model Sistem Kompleks Adaptif dalam Interaksi AS, RRC, India, dan Rusia untuk Prediksi Wajah Dunia

31 Mei 2025   20:22 Diperbarui: 31 Mei 2025   20:22 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Ketika kita berbagi visi, kita tidak hanya bertahan. Kita membentuk dunia."
 ---Gustavo Petro, Presiden Kolombia

Refleksi: Amerika Selatan dalam Simfoni Multipolar

Dalam kerangka sistem kompleks adaptif global, Amerika Selatan adalah node yang mulai menyadari dirinya sebagai 'aktor', bukan sekadar 'latar'. Ia menyimpan potensi untuk menjadi penyeimbang dalam dinamika multipolar, baik sebagai mitra Global South, maupun sebagai pelopor tata dunia berbasis solidaritas, keberlanjutan, dan keadilan sosial.

Namun semua itu hanya mungkin jika koalisi strategis yang kini mulai tumbuh mampu bertahan dari ancaman internal: ketidakstabilan politik, fragmentasi ideologis, dan tekanan oligarki domestik yang lebih setia pada modal global daripada cita-cita regional.

Mereka berada di ambang momen besar: menjadi poros peradaban masa depan, atau kembali menjadi catatan kaki dalam kronik dominasi global. Dunia harus memperhitungkan bahwa kebangkitan Amerika Selatan bukanlah sekadar potensi---tetapi kemungkinan nyata yang tengah mendekat, perlahan namun pasti.

8e. Bangkitnya Kembali Kesadaran Pan-Arab: Riuh yang Lama Tertidur

Di tengah gurun yang membentang dari Maghrib hingga Jazirah, dari Laut Merah hingga Teluk Persia, suara lama mulai menggema kembali. Sebuah gema yang pernah memenuhi ruang-ruang sidang Liga Arab pada 1950-an dan 60-an, ketika nama Gamal Abdel Nasser menjadi simbol kebangkitan dan persatuan. Kini, kesadaran Pan-Arabisme kembali merayap keluar dari puing sejarah, bukan dalam bentuk retorika revolusioner, tetapi sebagai kalkulasi strategis atas kegentingan zaman.

Keterpecahan Panjang dan Luka yang Terbuka

Selama hampir setengah abad terakhir, dunia Arab telah terpecah oleh kudeta, perang saudara, sektarianisme, dan proxy war yang memecah-belah identitas bersama menjadi serpihan antagonistik. Irak, Suriah, Libya---yang dulunya garda depan nasionalisme Arab---terjerumus dalam krisis berkepanjangan. Sementara negara-negara Teluk Arab, dengan kekayaan minyaknya, membentuk sumbu politik baru yang lebih pragmatis dan seringkali selaras dengan kepentingan eksternal.

Namun keterpecahan itu justru menjadi pupuk bagi kerinduan. Di balik kekacauan, tumbuh kebutuhan akan koordinasi---sebuah kerinduan akan suara bersama yang mampu melampaui sekat-sekat geopolitik yang dibuat pasca-Sykes-Picot.

Liga Arab yang Terlambat Dewasa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun