Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Model Sistem Kompleks Adaptif dalam Interaksi AS, RRC, India, dan Rusia untuk Prediksi Wajah Dunia

31 Mei 2025   20:22 Diperbarui: 31 Mei 2025   20:22 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pola fragmentasi tampak pada:

Dualisme infrastruktur: SWIFT vs CIPS, GPS vs Beidou, TikTok vs Threads.
Narasi sistemik yang tak lagi kompatibel: "nilai universal" vs "kedaulatan berbasis konteks lokal."
Ekonomi blok: sistem barter energi vs sistem pasar bebas, plus munculnya local currency trade pacts (contoh: BRICS+).
Zona semipermeabel: di mana negara-negara tengah (seperti ASEAN, Brasil, Turki) menjadi relay tapi bukan jembatan sesungguhnya.
Fragmentasi ini bukan kegelapan, tapi realitas bahwa dunia telah terlalu kompleks untuk disatukan dalam satu sistem nilai dan arsitektur.

4. Matriks Pendorong: Mana yang Lebih Dominan?

Berikut adalah tabel penyeimbang antara dua kecenderungan:

5. Hasil Campuran: Dunia Hybrid atau Multi-Arsitektur?

Model probabilistik menunjukkan bahwa kedua kecenderungan ini tidak selalu saling meniadakan. Dunia bisa menuju bentuk hybrid interdependen, yaitu:

Fragmented Convergence --- Dunia di mana kerjasama tetap terjadi, tetapi dalam koridor-koridor yang terkotak. Seperti ruang coworking dengan bilik kedap suara.

Dalam dunia ini:

AI global bisa terhubung, tapi data disaring per wilayah.
Koalisi multilateral tetap terbentuk, tapi hanya dalam isu teknis (iklim, kesehatan, ruang angkasa), bukan ideologis.
Identitas geopolitik mengeras, tapi tetap ada functional alliances untuk isu krusial.
6. Refleksi Penutup: Dunia Tak Akan Menyatu, Tapi Mungkin Bisa Selaras

Kita perlu menerima bahwa "dunia menyatu" adalah mitos lama dari era globalisasi. Tetapi bukan berarti dunia harus selalu terpecah. Yang mungkin dan realistis adalah:
 "Koordinasi dalam keberagaman sistemik" --- dunia yang tahu batas, tapi tetap bertukar nilai dan solusi.

"Seperti simfoni yang dimainkan oleh orkestra dengan alat musik berbeda, tidak semua nada harus sama, yang penting tetap harmonis."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun