Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Model Sistem Kompleks Adaptif dalam Interaksi AS, RRC, India, dan Rusia untuk Prediksi Wajah Dunia

31 Mei 2025   20:22 Diperbarui: 31 Mei 2025   20:22 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Simn Bolvar pernah bermimpi membentuk satu entitas besar yang menyatukan negara-negara Amerika Latin untuk melawan imperialisme dan menata masa depan dengan tangan sendiri. Mimpi itu sempat redup, namun tak pernah benar-benar mati.

Kini, melalui organisasi seperti CELAC (Community of Latin American and Caribbean States) dan kebangkitan kembali UNASUR (Union of South American Nations), negara-negara seperti Brasil, Argentina, Chile, Bolivia, Kolombia, dan Venezuela mulai mencari format baru untuk mengukuhkan koalisi permanen---bukan hanya sebagai forum diplomasi, tetapi sebagai wadah koordinasi strategis: dari pertahanan kawasan, perdagangan intra-regional, hingga kedaulatan teknologi dan pangan.

Brasil, sebagai kekuatan utama dengan status BRICS, memainkan peran krusial sebagai jembatan antara Amerika Selatan dan Global South, mempertemukan agenda kawasan dengan blok kekuatan dunia baru seperti RRC, Rusia, India, dan Afrika Selatan.

"Kita bukan halaman belakang siapa pun. Kita adalah masa depan dengan akar yang dalam dan langit yang luas."
 ---Luiz Incio Lula da Silva

Geopolitik Lithium dan Amazon: Daya Tarik dan Ancaman Baru

Amerika Selatan bukan sekadar wilayah pasif di tengah konflik besar global---ia memiliki sumber daya strategis yang menjadi rebutan global: lithium dari "segitiga lithium" (Argentina, Bolivia, Chile), cadangan minyak Venezuela, dan paru-paru dunia di Amazon.

Seiring dunia bergerak ke arah transisi energi hijau dan digitalisasi ekonomi, pentingnya Amerika Selatan dalam rantai pasok global justru meningkat. Ini memberi mereka leverage geopolitik yang belum pernah mereka manfaatkan sepenuhnya sebelumnya. Namun, di balik potensi itu, juga mengintai bahaya klasik: dominasi asing yang merayap dalam bentuk baru---dari investasi predatorik hingga tekanan utang dan infiltrasi digital.

Koalisi strategis permanen menjadi kunci untuk menghindari jebakan kolonialisme abad 21, dengan mengedepankan diplomasi kolektif, penetapan standar ekspor regional, serta penguatan institusi demokrasi dan teknokrasi yang tahan tekanan eksternal.

Kedaulatan Digital dan Blok Teknologi Global Selatan

Salah satu front baru perjuangan Amerika Selatan adalah kedaulatan digital dan teknologi. Negara-negara seperti Uruguay, Brasil, dan Argentina mulai mengeksplorasi kerja sama dalam bidang data governance, pembangunan pusat data regional, serta alternatif lokal terhadap monopoli platform teknologi dari Barat.

Lebih jauh, interoperabilitas teknologi antara Amerika Selatan, Asia, dan Afrika berpotensi menciptakan poros alternatif sistem digital global yang lebih terbuka dan tidak bergantung pada standar Global North. Ini menandai awal dari "digital Bandung Spirit", di mana negara-negara berkembang menyusun arsitektur data dan AI yang lebih adil dan etis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun