Sinergi ini akan menciptakan paradigma keilmuan yang tidak hanya progresif tetapi juga berakar pada nilai-nilai spiritual dan etika Islam.
2. Integrasi Keilmuan dalam Pendidikan Islam
Untuk membangun paradigma sains Islam yang kokoh, sistem pendidikan Islam perlu direformasi agar tidak lagi membedakan ilmu agama dan ilmu duniawi.
a. Model Pendidikan Terpadu: Madrasah Klasik vs. Universitas Modern
Madrasah klasik di era Abbasiyah mengajarkan ilmu agama dan sains secara terpadu, melahirkan ilmuwan seperti Ibn Sina (kedokteran), Al-Biruni (astronomi), dan Al-Khwarizmi (matematika).
Universitas modern di negara-negara Muslim cenderung memisahkan ilmu agama dan sains, sehingga menghasilkan ulama yang kurang memahami sains dan ilmuwan yang tidak memahami teologi Islam.
Solusi: Model pendidikan yang meniru integrasi madrasah klasik, seperti yang diterapkan di International Islamic University Malaysia (IIUM), yang mengajarkan sains dengan perspektif Islam.
b. Reorientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Menambahkan studi sains dalam kurikulum madrasah dan pesantren, agar para santri tidak hanya menguasai fiqh dan tafsir, tetapi juga fisika, biologi, dan matematika.
Meningkatkan studi agama dalam universitas sekuler, agar para ilmuwan memahami landasan etika Islam dalam sains dan teknologi.
Menerapkan pendekatan interdisipliner di mana tafsir Al-Qur'an dikaitkan dengan studi sains kontemporer.