Namun, dalam Ihya Ulum al-Din (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), ia justru menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dan agama harus berjalan bersama-sama. Ia tidak menolak sains atau filsafat, tetapi menempatkannya dalam kerangka spiritual yang lebih luas.
Menurut Al-Ghazali, sains dan filsafat dapat membantu manusia memahami bagaimana dunia bekerja, tetapi hanya wahyu yang dapat memberikan makna dan tujuan dari ilmu tersebut. Dengan kata lain, ia mengoreksi ekses rasionalisme murni, tetapi tetap mempertahankan peran ilmu pengetahuan sebagai bagian dari Islam.
3. Ibn Khaldun: Integrasi Empirisme dan Wahyu dalam Ilmu Sosial
Jika para filsuf sebelumnya banyak berfokus pada filsafat dan metafisika, Ibn Khaldun adalah pemikir yang membawa pendekatan empiris dan historis dalam epistemologi Islam, terutama dalam ilmu sosial.
Dalam Muqaddimah, ia mengembangkan teori asabiyyah (solidaritas sosial) dan siklus peradaban yang menjelaskan bagaimana masyarakat berkembang dan runtuh berdasarkan pola sejarah yang dapat diamati.
Berbeda dengan pemikir sebelumnya yang banyak mengandalkan filsafat spekulatif, Ibn Khaldun memperkenalkan metode empiris dalam memahami fenomena sosial, ekonomi, dan politik.
Namun, ia tetap menempatkan wahyu sebagai kerangka moral dan tujuan akhir dari ilmu sosial. Baginya, peradaban Islam mencapai puncaknya justru ketika mampu mengintegrasikan wahyu dengan metode ilmiah, bukan ketika keduanya dipisahkan.
4. Ibn Haytham: Fondasi Metodologi Ilmiah Modern
Salah satu tokoh paling penting dalam sejarah epistemologi Islam yang sering diabaikan adalah Ibn al-Haytham (Alhazen). Ia dikenal sebagai bapak metode ilmiah modern, dengan pendekatan empiris yang menekankan pentingnya observasi, eksperimen, dan falsifikasi dalam membangun ilmu pengetahuan.
Dalam Kitab al-Manazir (Book of Optics), Ibn Haytham mengembangkan metode eksperimen sistematis yang menolak spekulasi tanpa bukti empiris. Ia menekankan bahwa teori harus diuji dengan eksperimen, bukan sekadar logika atau intuisi.
Prinsip yang diperkenalkannya---observasi ketat, pengujian hipotesis, dan penggunaan metode kuantitatif---menjadi dasar dari sains modern, jauh sebelum konsep ini diformalkan oleh ilmuwan Eropa seperti Francis Bacon dan Galileo.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!