Pendekatan multidisiplin: Sains harus berintegrasi dengan etika, hukum Islam, dan kebutuhan masyarakat Muslim.
Penerapan teknologi untuk keadilan sosial: Misalnya, pengembangan ekonomi berbasis wakaf dan teknologi halal.
Menciptakan paradigma sains yang humanis dan futuristik: Teknologi harus diarahkan untuk memecahkan tantangan peradaban Islam, seperti krisis lingkungan dan ketimpangan ekonomi.
Relevansi bagi kehidupan modern:
Di era perubahan iklim dan kecerdasan buatan, sains Islam dapat menawarkan perspektif etis agar inovasi teknologi tidak hanya dikendalikan oleh kepentingan kapitalis.
Sains yang berbasis nilai Islam dapat membantu membangun sistem ekonomi dan teknologi yang lebih berkeadilan.
Relevansi bagi masa depan:
Jika umat Islam tidak mengembangkan paradigma sains Islam yang relevan, mereka akan terus berada dalam posisi ketergantungan teknologi terhadap Barat dan China.
Dengan membangun sains yang berbasis wahyu dan kebutuhan umat, dunia Islam bisa menjadi pemimpin dalam inovasi teknologi yang berkelanjutan dan beretika.
Integrasi Wahyu-Sains untuk Peradaban Islam Masa Depan
Baik Naquib al-Attas maupun Ziauddin Sardar sepakat bahwa integrasi wahyu dan sains adalah kunci bagi kebangkitan intelektual dan peradaban Islam. Namun, mereka memiliki pendekatan yang berbeda: