2. Metodologi: Cara Ilmu Dikembangkan dan Diverifikasi
Selain perbedaan epistemologis, ada perbedaan besar dalam metodologi antara sains Islam klasik dan sains modern sekuler.
A. Metodologi dalam Peradaban Islam Klasik: Sintesis antara Empirisme dan Teologi
Metode ilmiah dalam Islam abad pertengahan sudah menggabungkan observasi, eksperimen, dan teori matematis, tetapi dengan kerangka teleologis yang mempertimbangkan keteraturan ilahi.
Metode Eksperimen Ibn al-Haytham
 Dalam Kitab al-Manazir, Ibn al-Haytham mengembangkan prinsip bahwa observasi dan eksperimen harus dilakukan secara sistematis sebelum suatu teori diterima. Metodenya adalah cikal bakal metode ilmiah modern.Integrasi antara sains dan filsafat
 Para ilmuwan Muslim tidak hanya melakukan eksperimen, tetapi juga membangun filsafat keilmuan untuk memahami implikasi metafisik dari ilmu. Contoh: Al-Biruni membahas relativitas waktu dan ruang dalam astronominya, yang konsepnya mirip dengan teori relativitas Einstein.Pendidikan yang multidisipliner
 Ilmu tidak diajarkan secara terpisah. Seorang cendekiawan Muslim bisa menjadi dokter, filsuf, ahli matematika, dan teolog sekaligus, seperti yang terjadi pada Ibn Sina dan Al-Razi.
B. Metodologi dalam Sains Sekuler Modern: Spesialisasi dan Reduksionisme
Di sisi lain, metode sains modern berkembang menjadi sangat spesialisasi dan reduksionis.
Eksperimen berbasis reduksionisme
 Sains modern lebih fokus pada memecah realitas menjadi bagian-bagian kecil untuk dianalisis secara terpisah, sering kali mengabaikan hubungan holistik antar-ilmu.Pemodelan matematis dan prediktabilitas
 Sains modern sangat menekankan model matematis dan kemampuan prediksi dalam teori ilmiah, meskipun sering kali mengabaikan pertimbangan etis atau filosofis.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!