Ziauddin Sardar memiliki pendekatan yang berbeda dengan al-Attas. Jika al-Attas fokus pada epistemologi Islamisasi, Sardar lebih menekankan pada transformasi metodologi sains agar lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Menurut Sardar, Islamic Science bukanlah sekadar Islamisasi ilmu Barat, tetapi sebuah paradigma ilmiah baru yang bersumber dari wahyu, nilai-nilai etis Islam, dan kebutuhan umat Islam modern.
"Islamic Science must be rooted in ethics, purpose, and the social needs of the Muslim world, not just a reproduction of Western knowledge with an Islamic label.", kata Ziauddin Sardar.
b. Prinsip utama Islamic Science menurut Sardar:
Sains harus bersifat etis dan bermanfaat bagi masyarakat
Sains dalam Islam tidak boleh netral seperti dalam sains Barat; ia harus berorientasi pada kesejahteraan manusia dan keadilan sosial.
Sains harus inklusif dan dinamis
Tidak boleh ada dikotomi antara ilmu agama dan sains.
Sains harus berkembang sesuai tantangan zaman, dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.
Sains harus kontekstual dengan kebutuhan umat Islam
Ilmuwan Muslim harus mengembangkan sains yang relevan dengan tantangan dunia Islam, seperti riset dalam ekonomi Islam, teknologi halal, dan energi ramah lingkungan.