Hanya 1-2% dari total publikasi ilmiah dunia berasal dari negara-negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam).
Negara-negara Muslim hanya mengalokasikan rata-rata 0,5% dari PDB untuk riset dan pengembangan, jauh tertinggal dari negara maju yang mengalokasikan lebih dari 2%.
Kondisi ini menunjukkan bahwa umat Islam masih terjebak dalam pemahaman yang sempit terhadap wahyu, sehingga ilmu pengetahuan berkembang di luar konteks Islam. Perubahan paradigma diperlukan agar Al-Qur'an tidak hanya menjadi objek bacaan ritual, tetapi juga menjadi sumber epistemologi dan metodologi ilmiah.
3. Paradigma Sains Islam: Sinergi antara Wahyu dan Sains Modern
Agar paradigma sains Islam dapat terwujud, diperlukan kerangka epistemologi yang utuh yang mengintegrasikan keilmuan Islam dan sains modern.
Mengadopsi Metode Ilmiah Modern dengan Perspektif Islam
Eksperimen dan observasi tetap menjadi dasar penelitian ilmiah, tetapi dengan pendekatan yang tidak terpisah dari nilai-nilai Islam.
Ilmuwan Muslim harus memahami sains dalam kerangka Tauhid, sehingga ilmu tidak hanya menjadi alat eksploitasi, tetapi juga pemakmuran bumi (QS. Hud 61).
Membangun Sistem Pendidikan yang Mengintegrasikan Islam dan Sains
Madrasah dan universitas Islam harus mengajarkan pendekatan saintifik berbasis wahyu.
Negara-negara Muslim harus meningkatkan investasi dalam riset dan pendidikan agar dapat bersaing dengan negara maju.