Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AI, Teknologi Kuantum, dan Fusi Nuklir dalam Dialektika Integrasi Wahyu dan Sains

13 Maret 2025   02:05 Diperbarui: 13 Maret 2025   02:05 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sinergi ini akan menciptakan paradigma keilmuan yang tidak hanya progresif tetapi juga berakar pada nilai-nilai spiritual dan etika Islam.

2. Integrasi Keilmuan dalam Pendidikan Islam

Untuk membangun paradigma sains Islam yang kokoh, sistem pendidikan Islam perlu direformasi agar tidak lagi membedakan ilmu agama dan ilmu duniawi.

a. Model Pendidikan Terpadu: Madrasah Klasik vs. Universitas Modern

  • Madrasah klasik di era Abbasiyah mengajarkan ilmu agama dan sains secara terpadu, melahirkan ilmuwan seperti Ibn Sina (kedokteran), Al-Biruni (astronomi), dan Al-Khwarizmi (matematika).

  • Universitas modern di negara-negara Muslim cenderung memisahkan ilmu agama dan sains, sehingga menghasilkan ulama yang kurang memahami sains dan ilmuwan yang tidak memahami teologi Islam.

  • Solusi: Model pendidikan yang meniru integrasi madrasah klasik, seperti yang diterapkan di International Islamic University Malaysia (IIUM), yang mengajarkan sains dengan perspektif Islam.

b. Reorientasi Kurikulum Pendidikan Islam

  • Menambahkan studi sains dalam kurikulum madrasah dan pesantren, agar para santri tidak hanya menguasai fiqh dan tafsir, tetapi juga fisika, biologi, dan matematika.

  • Meningkatkan studi agama dalam universitas sekuler, agar para ilmuwan memahami landasan etika Islam dalam sains dan teknologi.

  • Menerapkan pendekatan interdisipliner di mana tafsir Al-Qur'an dikaitkan dengan studi sains kontemporer.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun