Banyak penghafal Al-Qur'an tidak memiliki pemahaman tentang konteks historis ayat, hubungan dengan fenomena alam, atau relevansi dengan tantangan modern.
c. Implikasi dan Kritik
Ketidakseimbangan antara literasi religius dan fungsionalitas ilmu membuat umat Islam tidak mampu mengaktualisasikan Al-Qur'an dalam problematika kehidupan nyata.
-
Al-Qur'an dianggap sakral tetapi pasif, sementara dalam sejarah Islam klasik, ia menjadi pusat dinamika intelektual dan ilmiah.
2. Reduksionisme Epistemologis: Dikotomi Ilmu Agama dan Ilmu Duniawi
a. Fenomena yang Terjadi
Banyak negara Muslim membangun kurikulum terpisah antara ilmu agama dan ilmu sains, sehingga agama hanya diajarkan dalam konteks teologis dan tidak dikaitkan dengan riset ilmiah.
Dikotomi ini bertentangan dengan tradisi intelektual Islam klasik, di mana ilmuwan seperti Al-Biruni, Ibn Sina, dan Al-Farabi memadukan wahyu dengan rasionalisme ilmiah.
b. Absennya Metode Penafsiran yang Menghubungkan Wahyu dengan Sains
Tidak adanya metodologi sistematis dalam menafsirkan ayat-ayat kauniyah (ayat tentang alam semesta) dalam konteks sains modern.
Pendekatan tafsir cenderung eksplisit (tekstual) daripada eksploratif (konseptual), sehingga banyak konsep dalam Al-Qur'an yang berpotensi dikembangkan dalam sains tidak digali lebih lanjut.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!