Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AI, Teknologi Kuantum, dan Fusi Nuklir dalam Dialektika Integrasi Wahyu dan Sains

13 Maret 2025   02:05 Diperbarui: 13 Maret 2025   02:05 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Studi kosmologi Islam dapat memperkaya teori asal-usul jagat raya, termasuk implikasi teori multiverse dalam Islam.

  1. Biomimetik dalam Perspektif Ayat Kauniyah

Al-Qur'an sering menyebut mekanisme biologis pada makhluk hidup yang dapat dijadikan inspirasi teknologi.

Contoh: Struktur jaring laba-laba (QS. Al-Ankabut: 41) telah menginspirasi penelitian material super kuat berbasis protein sutra laba-laba.

        3. Mekanisme gerak burung (QS. Al-Mulk: 19) telah digunakan dalam pengembangan teknologi drone dan robot terbang.

Rekonstruksi epistemologi ini akan menciptakan paradigma riset yang tidak hanya mengandalkan empirisme dan rasionalisme, tetapi juga mempertimbangkan dimensi spiritual dan etika Islam.

 Membangun kembali paradigma sains Islam bukan sekadar proyek akademik, tetapi sebuah revolusi intelektual yang membutuhkan sinergi antara wahyu dan sains, reformasi pendidikan Islam, serta rekonstruksi epistemologi keilmuan. Dengan langkah-langkah ini, umat Islam dapat kembali memainkan peran sentral dalam kemajuan ilmu pengetahuan, sebagaimana yang terjadi pada era kejayaan Islam.

BAB 5. Implikasi dan Rekomendasi: Membangun Sains Islam yang Berbasis Wahyu dan Empirisme

1. Implikasi Teoretis: Rekonstruksi Model Epistemologi Islam untuk Sains

Paradigma Baru Epistemologi Islam

Implikasi utama dari penelitian ini adalah lahirnya model epistemologi Islam yang lebih integratif, di mana sains tidak hanya dipahami sebagai hasil dari metode empiris dan rasional, tetapi juga mencakup dimensi wahyu. Model ini menantang epistemologi positivistik sekuler, yang cenderung mengabaikan dimensi transendental dalam ilmu pengetahuan.

  • Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun