Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AI, Teknologi Kuantum, dan Fusi Nuklir dalam Dialektika Integrasi Wahyu dan Sains

13 Maret 2025   02:05 Diperbarui: 13 Maret 2025   02:05 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

AI: Dianggap sebagai ekstensi dari kecerdasan manusia yang harus diarahkan pada kebaikan dan kesejahteraan umat, bukan hanya sekadar eksploitasi ekonomi.

  • Teknologi Kuantum: Dipandang sebagai penguatan konsep tauhid, di mana sifat probabilistik dan non-deterministik dalam fisika kuantum justru menegaskan adanya keteraturan yang lebih tinggi di alam semesta.

  • Fusi Nuklir: Dihubungkan dengan konsep energi bersih dan keberlanjutan, yang selaras dengan maqashid syariah dalam menjaga lingkungan dan sumber daya.

  • Ilmuwan Muslim menolak narasi sekuler yang melihat sains sebagai sesuatu yang netral tanpa nilai, tetapi juga menolak dogmatisme yang membatasi eksplorasi ilmiah. Mereka lebih menekankan pendekatan etis, spiritual, dan maslahat jangka panjang dalam teknologi.

    2. Sikap Ilmuwan Islam terhadap AI, Teknologi Kuantum, dan Fusi Nuklir

    a) AI dan Etika Islam

    Ilmuwan Muslim menekankan bahwa AI bukan sekadar inovasi teknis, tetapi juga permasalahan etika dan kebijaksanaan. Dalam perspektif Islam:

    • AI harus mendukung kemanusiaan, bukan menggantikan manusia dalam peran yang berdampak negatif terhadap sosial dan spiritualitas.

    • AI yang meniru kesadaran atau kepribadian manusia (misalnya AGI) harus dikaji secara ontologis dan teologis, karena bisa berpotensi melanggar batas penciptaan (QS. At-Tin 4).

    • Prinsip keadilan (al-'adl) dan tanggung jawab sosial harus diterapkan dalam AI, terutama dalam keputusan otomatis yang mempengaruhi hidup manusia (misalnya sistem peradilan berbasis AI).

    • Negara-negara Muslim harus berinvestasi dalam pengembangan AI independen agar tidak bergantung pada algoritma yang dikendalikan Barat atau China, yang bisa membawa bias ideologis.

    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun