Dengan sinergi antara ilmu wahyu dan sains modern, ilmuwan Islam dapat mengintegrasikan teknologi mutakhir dengan nilai-nilai spiritual, sehingga memberikan kontribusi positif bagi dunia tanpa kehilangan jati diri keilmuan Islam.
BAB 3. Kritik terhadap Reduksionisme dalam Pemahaman Al-Qur'an
Reduksionisme dalam memahami Al-Qur'an menghambat potensinya sebagai sumber inspirasi keilmuan dan peradaban. Fenomena ini terjadi dalam dua bentuk utama: reduksionisme tekstual dan reduksionisme epistemologis, yang keduanya menciptakan keterputusan antara wahyu dan dinamika kehidupan modern.
1. Reduksionisme Tekstual: Al-Qur'an sebagai Bacaan Ritual tanpa Implementasi Praktis
a. Fenomena yang Terjadi
Al-Qur'an sering kali dibaca dan dihafalkan secara mekanis tanpa pemahaman mendalam terhadap maknanya.
Pendidikan agama lebih menekankan hafalan daripada eksplorasi konseptual dan metodologis.
Kajian tafsir masih dominan dalam dimensi normatif (hukum dan akidah) tanpa menjadikannya dasar untuk inovasi di bidang sains, sosial, dan teknologi.
b. Kesenjangan antara Hafalan dan Pemahaman Maknawi
Data dari Pew Research Center (2019) menunjukkan bahwa negara-negara Muslim memiliki tingkat literasi Al-Qur'an yang tinggi, tetapi indeks inovasi sains dan teknologi yang rendah.
Studi dari University of Malaya (2021) menyebutkan bahwa madrasah dan pesantren lebih banyak mengajarkan cara membaca Al-Qur'an daripada menganalisisnya secara kritis dalam konteks ilmu pengetahuan dan sosial.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!