Hilang arah dan tujuan
Walau sepanjang hayat
Bersujud bertahun-tahun
Tapi padanya
Kedengkian menghujam
Panjangkan urusan
Ia akan remuk redam
Dalam api yang terus menyala
Pagi itu Aminah seperti biasa, meninggalkan rumahnya setelah sarapan. Tetapi ia tidak pergi ke ladang seperti yang biasa dilakukannya. Namun justru ia menuju ke kebun pisang sambil membawa parang dan cangkul. Pinggangnya terasa nyeri, tidak enak badan. Ia pikir dengan pergi ke kebun pisang, rasa nyeri yang dideritanya berangsur-angsur sembuh, dengan tempatnya yang teduh dan tidak terlalu panas. Apalagi matahari, sang bola api raksasa telah merangkak mendaki hingga sepenggalah ketinggiannya.
Di kebun telah ada shobari sedang memanen pisang. Tak seperti biasanya, pagi itu shobari tak bertegur sapa dengannya. Dari raut muka dan sorot matanya terlihat seperti ada sesuatu yang ingin diutarakannya. Namun Ia hanya menggerutu menahan amarah. Sebagai Orang tua, Aminah berusaha mengalah dengan mengawali sebuah pembicaraan.
"Pisangnya sudah tua Shob?" tanpa basa-basi Aminah menyapanya.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168