Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Wis ra opo-opo, lha wong nenekmu sakit kok masih banyak bertingkah!

"Terima kasih Mbah."

Malam mulai menampakkan wajahnya, rembulan yang bersembunyi dibalik awan di siang hari itu, kini mulai menampakkan diri. Sekumpulan kelelawar keluar dari lubang pada ruas-ruas bambu di setiap teras rumah. Pertanda waktu maghrib telah tiba. Kearifan alam hadirkan pengetahuan yang bermetamorfosa menjadi sebuah tradisi. Anak-anak dengan busananya yang rapi mulai menyandang kitab suci. Dengan indahnya anak-anak kecil itu melafadzkan kalam ilahi. Kalimah-kalimah yang selalu selaras dengan berbagai zaman itu tidak pernah bisa dinodai hingga dunia digulung. Setiap hari muncul tunas-tunas baru al khamil2 di seluruh penjuru dunia. Mereka adalah penjaga sejati kesucian dan kemurnian Al Qur'an. Sementara itu sekumpulan ayam, itik dan ternak-ternak lain telah masuk ke kandangnya masing-masing. Burung hantu, mahluk Tuhan yang bisa memutar lehernya hingga seratus delapan puluh derajat itu mulai mengasah ketajaman indera penglihatannya. Dengan sorot matanya yang kaku, seolah-olah tidak bisa bergerak. Seandainya seseorang memperhatikan sorot matanya terlalu lama, maka akan tersipu malu dan meringis dibuatnya. Sorot matanya yang tajam itu terus memaku seperti sedang bersandiwara. Burung itu menanti dan terus menanti datangnya mangsa, begitu mangsa datang secepat kilat burung itu menyambarnya.

Selepas waktu Isya' para tetangga dengan beberapa anaknya datang menjenguk Aminah. Malam itu Qohar sedikit sumringah, para tetangga secara sukarela membagi tugas masing-masing. Ada yang membantu merapikan tempat tidur, melipat baju, memijiti, dan  memasak air. Adapula beberapa Ibu yang sengaja datang untuk menghibur dengan banyolan-banyolannya yang khas.

"Lho setelah dipijiti kok malah sekujur tubuhnya makin terasa dingin bagaimana ini? Wah jangan-jangan..." kata seorang perempuan kepada rekannya.

"Ah kamu menakut-nakuti saja." sahut yang lain.


"Lha wong tubuhnya makin terlihat segar gitu kok, ya Mbok ya?" tanya seorang perempuan yang berpakaian abu-abu. Aminah cuek saja sambil menahan senyum. Lalu kemudian senyumnya mengembang.

"Lha mukamu kenapa? kok coreng moreng, habis masak ya?" tanya yang lain sambil terus memijiti kaki Aminah, mengada-ada.

"Masa iya, lha wong saya tadi kesini ya bedakan dulu." keluhnya sambil mengelus-elus pipinya. "Yang mana sih?". tanyanya kemudian.

"Itu lhoo itu." tipu yang lain ikut nimbrung sambil  jari telunjuknya mengarah lurus ke arahnya.

" Yang mana?" tanyanya lagi." Ngaco kamu!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun