Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iqamah shalat ashar telah selesai dikumandangkan, Qohar segera mandi lalu mendirikan tiang agama, kemudian berkemas-kemas. Tidak lupa ia makan terlebih dahulu, lalu mengisi rantangnya. Sore itu ia hanya membawa jarek dalam bungkusan plastik dan nasi putih dalam rantang tanpa disertai apapun.

Diluar, paman Mansyur telah menunggunya.

"Qohar, ayo berangkat"

"Iya, sebentar," ia lalu memberi makan ayam beserta kura-kuranya kemudian mengunci rumah. Sejenak ia berdiri mematung di depan pintu, mencoba mengingat sesuatu. Pikirnya, semuanya telah beres setelah rantang dan bungkusan dalam plastik berisi jarek telah dibawanya, ternyata semuanya telah tertata rapi.

"Kamu bawa apa itu?"

"Yang di plastik ini, jarek dan yang ini, nasi, hanya nasi putih saja, lauknya nanti minta Mbah Mini."


"Tidak usah minta, ini sudah kubawakan lauknya, lengkap dengan nasinya,"

"Lha nasiku,"

"Sebaiknya tidak usah dibawa, dari pada tidak dimakan" anjurnya sembari meletakkan rantangnya di meja teras.

"Baiklah,"ia menaruh rantang nasinya kembali.

Mereka berangkat ke kantor Balai Desa melalui jalan pintas, melewati perkebunan tebu yang begitu luas. Tanpa sengaja paman Mansyur melihat ular sanca kembang memangsa seekor musang berukuran lebih besar dari bobot ular itu sendiri, di selokan tebu. Seumur hidup, mereka belum pernah menyaksikan kejadian langka semacam itu. Separuh badan dari musang itu telah ditelan, sedangkan separuhnya lagi masih dililitnya erat-erat hingga remuk redam seluruh tulang-tulangnya. Pelan dan pasti seekor musang yang telah mati lemas itu memasuki kerongkongannya. Otot-ototnya yang melar mulai menegang, seperti tak mampu lagi menampungnya, tetapi tetap dipaksa masuk, sehingga terlihat pecah-pecah di setiap kulit yang dilaluinya. Setelah musang ditelan seluruhnya, ular sanca itu menjadi terlihat aneh dengan porsi badannya yang tidak seimbang. Diam, hanya bisa diam ular itu setelah memangsa musang. Satu ekor musang yang besarnya dua kali lipat dari ukuran ularnya itu telah ditelannya bulat-bulat, tanpa mengunyahnya terlebih dahulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun