Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terlalu lama, aku pulang saja!"terdengar teriakan paman dari luar.

"Kalau pulang berarti paman kalah," balasnya dari dalam rumah lalu keluar.

"Kenapa bisa begitu, enak saja, apa tantanganmu? Coba tunjukkan," tantangnya penuh percaya diri.

"Ini paman," tunjuknya agak malu-malu.

"Untuk apa itu? ada-ada saja, mau dibuat tongtek?" ejeknya kemudian.

"Bukan, di dalam botol itu ada batunya, kira-kira apa yang harus paman lakukan?" Kilahnya lalu mencoba memberi tebakan pamannya, ingin menjajal seberapa jauh perkiraannya.


"Itu terserah kamu, mintanya diapakan, di isi air, di bakar atau dibuang sejauh mungkin," balasnya dengan sedikit emosi.

"Terserah paman, botol itu mau diapakan, yang penting tiga buah batu kerikil di dalamnya bisa keluar, tanpa merusak botol sama sekali," Qohar menanggapinya dengan sedikit santai.

"Oh begitu maumu, baiklah, kalau itu sih gampang,''

Menyaksikan paman Mansyur mengeluarkan batu kerikil dari dalam botol, Qohar dan kedua temannya menjadi terhibur, mereka tertawa terpingkal-pingkal beberapa saat lamanya. Dengan susah payah batu kerikil itu dikeluarkan dari dalam botol melalui tutupnya, tetapi selalu gagal dan gagal lagi. Kali ini Qohar dan kedua temannya bagaikan sekumpulan siput yang mampu memenangkan pertandingan lari maraton, sungguh diluar dugaan. Sekumpulan siput dengan kecerdikannya, mampu mengalahkan seekor kancil yang telah masyhur sebagai binatang paling cerdik. Begitu juga singa yang begitu masyhur sebagai raja hutan yang harus takhluk kala berhadapan dengan sekumpulan belatung.

Paman Mansyur tak mampu menguasai keadaan, dari raut mukanya tampak merah padam, tak kuasa disembunyikan lagi. Akhirnya ia menyerah atas kekalahannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun