Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Qohar malam itu terpaksa pulang diliputi rasa khawatir jika dirinya dimarahi lagi untuk yang kedua kalinya. Di rumah, Aminah duduk bersila di atas amben. Di tangan kanannya, untaian tasbih terus bergeser berputar perlahan.

"Kok sudah pulang,"

"Aku tak jadi mengaji."

"Kenapa?" tanyanya dengan mengerutkan dahi.

"Disuruh pulang Pak Sholeh, karena saya lupa bawa peci."

"Ya sudah, kalau begitu jangan pernah mengaji di Musholla lagi. Memakai peci itu bukanlah kwajiban, sekarang ngajinya di rumah saja." timpalnya dengan nada kesal. Permasalahan cucunya itu menambah beban pikirannya.


Malam itu Qohar tidur disampingnya, menemani tidur sambil memijiti kaki dan tangannya. Kedua bola matanya yang sayu membiru sulit terpejam meski telah berusaha ia pejamkan. Ia hanya pura-pura tertidur sewaktu Qohar memijitinya. Lama-lama Qohar tertidur pulas disampingnya. Sampai tengah malam, kedua bola matanya masih liar dan sulit untuk ditakhlukkan. Mata sebagai cerminan jiwa, penyibak sebuah rahasia, pembuka tabir yang terangkum dalam kalbu seakan ikut merasakan beban pikiran yang terlampau jauh bersarang di kepalanya. Seberat apapun permasalahan hidup yang melilitnya seringkali dengan mudahnya terlupakan. Paling lama permasalahan itu hilang setelah bangun tidur, tetapi kali ini tidak. Belenggu itu masih terus menghantui pikirannya. Hingga fajar menyingsing kedua bola matanya masih liar. Diambilnya air wudlu lalu mendirikan shalat shubuh dan berdzikir. Ia berusaha mengingat Asmaul Husna, disebutnya asma-asma Allah.

"Qohar! bangun cucuku" Aminah membangunkan sambil membelai lembut  keningnya. Qohar terbangun dari tidurnya. Dirabanya jari jemari di kedua tangan neneknya, terasa panas.

" Tanganmu terasa panas. Maknyak tidak apa-apa kan?".

"Aku tidak apa-apa, jangan khawatir, cepat ambil air wudlu dan laksanakan shalat!"

Setelah selesai mendirikan shalat, tidak lupa Qohar memanjatkan doa bagi neneknya, meminta dan mengharapkan kesembuhan dari yang Kuasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun