Mohon tunggu...
Syaifull Hisyam
Syaifull Hisyam Mohon Tunggu... wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mendung Tak Selamanya

23 Oktober 2017   01:51 Diperbarui: 23 Oktober 2017   03:18 3612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Tadi ku cari-cari tidak ada." kilahnya.

" Lha wong kenyataannya ada. Dibilangin kok tak percaya. Lain kali disimpan yang rapi. Aku mau belajar sama Pamanmu jangan diganggu!" suruhnya dengan nada gurauan.

Aminah ke ruang tamu menemui keponakannya. Ia menyodorkan dua buah lembaran kertas dan ballpoint. Diperintahnya Mansur untuk menulis dan ia yang mendikte.

"Untuk apa Mbah?"

"Dibuat pengingat!"

"Pengingat apa?"


"Pokoknya pengingat, ada gunanya."

Jawaban itu sedikit mengurangi rasa penasarannya, dari kata-katanya yang terakhir itu sudah bisa ditebak, ada sesuatu yang ingin dirahasiakan, meski itu oleh Mansyur sendiri. Iapun tidak mau lagi melontarkan pertanyaan.

Aminah mulai mendikte.

Manungso sing becik iku gampangan, lan amrih nggampangake perkoro. Ora seneng gawe mungkar lan olo. Wong sing gawe angele perkoro iku ora bedo karo njajah sedulure dewe. Luwih tega tinimbang perilakune kewan sing buas. Manungso kang ora ono bedo karo kewan. Opo ora kepikiran? mbiyen tanah iki dijajah pirang-pirang atus tahun ngente'ake korban ora itungan. Wong tuo-tuo mbiyen berjuang ngelawan penjajah kanti tujuan kepingin urip merdeko lan mulyo. Saiki wes merdeko tapi malah sedulure tego njajah sedulure dewe. Urip koyo ora ono aturan. Ilingo kabeh! kowe poro perangkat deso. Ora nganti sak abad nyawamu kumantil. Kowe kabeh bakal mati, mbaur karo lemahh.

Begitu selesai Mansyur lalu pulang tanpa dihujam rasa penasaran. Ia tidak memahami maksud dan tujuan Aminah mendiktekan tulisan semacam itu. Sementara siang itu meski terik matahari tepat di atas ubun-ubun, tak menyurutkan niatnya untuk pergi ke Kantor Balai Desa, sekedar menempelkan selembar kertas di papan pengumuman. Perjalanan yang ditempuh dari rumah ke Bale Desa cukup jauh, berjarak sejauh lima kilo meter.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun