Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dear : Ranti

Halo Ran! Kakak tahu kamu sedang dihadapkan masalah besar, Kakak tahu kamu sedang bingung bagaimana caranya melewati hal ini. Jujur, pasti Kakak kalau ada di posisi seperti kamu belum tentu kuat. Kamu hebat Ran! Kamu hebat! Kakak cuman bisa memberi saran 'bekerjalah dengan ikhlas' pasti kamu bisa!

 

Salam rindu,

 

Kak Dio

           

Oh my god! Kenapa Kak Dio bisa tahu masalahku, dari siapa dia tahu masalahku. Pasti ini ayah atau ibu yang memberi tahu Kak Dio. Namun, mengapa aku sangat senang sekali dan terharu setelah membaca surat ini. Ternyata banyak sekali orang yang masih sayang kepadaku. Isi surat dari Kak Dio sangat menyentuh hati dan rasanya aku ingin memiliki kakak seperti dia.

Aku memang anak yang cengeng sedikit-sedikit aku menangis. Surat dari Kak Dio itu singkat tetapi sangat bermakna. Mungkin sudah saatnya aku berubah dan tidak lagi larut dalam kesedihan itu. Aku harus bangkit dan aku harus terus berjuang supaya ayah dan ibu merasa bangga kepadaku. Mulai saat ini pikiranku mulai terbuka sudah saatnya aku jangan terlalu fokus terhadap hal-hal yang tidak penting. Karena itu semua membuatku rugi dan tidak ada manfaatnya sedikit pun.

Tidak terasa liburan di rumah nenek telah aku habiskan. Kini aku harus kembali ke rumah untuk mempersiapkan hal-hal untuk sekolah. Sedih rasanya harus kembali ke rumah, karena harus meninggalkan nenek sendiri di sini. Akan tetapi, aku harus berjanji pada diriku sendiri bahwa tahun depan saat kembali ke sini aku harus membawa kabar baik. Pasti itu akan terjadi, tunggu aku nek supaya aku tidak membuat keluarga kita malu.

Sepanjang perjalanan aku dihadapkan dua perasaan, di mana perasaan sedih ini harus meninggalkan nenek dan perasaan senangku harus kembali sekolah walaupun harus mengulang. Memang menjadi seseorang yang gagal itu sangat berat untuk memperbaiki kembali mentalnya. Namun, akan lebih sulit jika kita tidak mau merubahnya. Diri ini sudah kusiapkan untuk hinaan dan cacian yang akan menimpa. Akan tetapi, aku yakin bahwa temanku tidak seperti itu. Ku usir pikiran kotor itu jauh-jauh dari benakku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun