Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Thank you for the offer, Mr. Planck. I'm sorry I can't work with you and I just want to contribute to Indonesia, which is my own country," I'm sorry to him.

"It's okay, I understand with your goal of success. Ranti, I hope you will be successful in your own way and change this world for the better."

"Aamiin, thank you, Mr. Planck."

              Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu dan akhirnya aku bisa menyelesaikan pendidikanku dengan cepat bahkan sebelum waktunya dengan gelar cumlaude. Kedatanganku di Indonesia disambut baik oleh para dosen-dosen dan rektor semasa aku kuliah di Universitas Gadjah Mada. Orang tuaku terlihat bangga karena anaknya bisa lulus dan selamat sepulang kuliah di Stanford University. Aku pun bangga dengan diriku sendiri karena mau mengubah dunia dengan kegagalan di masa laluku.

              Lima tahun kemudia kontribusiku terhadap Indonesia semakin baik. Aku sering diundang ke acara-acara televisi nasional maupun swasta untuk menjadi motivator bagi anak-anak bangsa yang ingin berjuang demi Indonesia. Aku pun menjadi brand ambassador pendidikan di Indonesia. Kini aku pun telah membangun dua puluh lima sekolah bagia anak-anak yang kurang menerima pendidikan di daerahnya karena keterbatasan wilayah. Sekolah itu di antaranya terdiri dari delapan  sekolah luar biasa, 9 sekolah dasar, dan sisanya untuk sekolah menengah pertama. Bangga rasanya bisa ikut andil dalam memajukan negara Indonesia dengan cara mencerdaskan anak-anak bangsa. 

              Suatu hari aku diundang untuk menghadiri acara seminar tentang program pertukaran pelajar bersama Presiden Indonesia. Aku ditemani oleh ayah, ibu, dan nenek untuk hadir dalam acara itu. Saat kami sedang bersiap-siap posisi televisi masih menyala dan terdengar siaran berita yang menyatakan 100 orang berpengaruh di dunia. Dalam berita itu reporter menyebutkan namaku dan terkejutlah aku karena masuk daftar 100 orang berpengaruh di dunia. Aku hanya tersenyum senang ketika ayah, ibu, dan nenek menatapku karena mendengar berita yang sama.

              Setelah menghadiri pertemuan itu aku mempelajari banyak hal. Ternyata orang yang sukses itu bukan yang banyak uang tetapi banyak melakukan pengorbanan terutama untuk kepentingan bersama. Dan menjadi orang yang sukses itu bukan orang yang gayanya selangit tetapi orang yang merendah serendah-serendahnya supaya tidak direndahakan. Dan menjadi orang yang sukses itu bukan orang yang ingin sesuatu langsung ada di depan mata tetapi orang yang jika ingin sesuatu harus dengan berproses terlebih dahulu. Dan orang yang sukses itu bukan yang mobilnya di mana-mana tetapi orang yang sukses itu orang yang dikenal di mana-mana karena kepribadiannya. Namun, hal ini tergantung kepada persepsi orang lain juga dalam mengartikan sukses itu seperti apa.

              Percayalah terhadap pengorbananmu karena jika kau sungguh-sungguh dalam mencapai sesuatu usahamu itu akan berbuah manis. Namun, jika kau melakukan pengorbananmu dengan cara yang dinanti-nanti untuk mengerjakan sesuatu lihatlah nanti apakah buahmu itu menghasilkan rasa yang manis atau justru sebaliknya. Ingatlah pepatah yang mengatakan berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Namun, apakah semua orang tidak boleh untuk santai? Apakah semua orang tidak boleh untuk gagal? Jawabannya boleh. Akan tetapi, siapkah anda untuk memperbaikinya dan memulainya kembali untuk menjadi yang lebih baik tanpa menyalahkan kepada dirimu akan kegagalanmu.

  Kenali dirimu dan mau dibawa ke mana dirimu itu? 

  Cintai dirimu dan banggakan orang di sekitarmu! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun