Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Aku sudah tidak paham lagi dengan kondisi diriku yang sekarang. Entah sampai kapan diri ini tidak mengeluarkan air mata kesedihan. Dan entah sampai kapan diri ini harus mengatakan kamu harus bertahan. Jika hidupku hanyalah sebuah tekanan. Katanya kalau hidup banyak gaya pasti banyak tekanan tetapi kenapa hukum fisika itu tidak berlaku pada diriku. Hidupku biasa saja tetapi mengapa tekanan terus berdatangan. Aku hanya bisa menduga bahwa tekanan ini untuk menguji sebuah keimanan dan menguji sejauh mana aku harus bisa bertahan.

            Pada hakikatnya seorang manusia dalam perihal bertahan harus dihadapkan dua pilihan yaitu dengan cara sabar atau bubar. Mungkin untuk saat ini aku harus bersabar supaya diriku ini tidak terlihat buyar. Menjadi seorang yang pura-pura bahagia itu tidaklah menyenangkan karena harus menyembunyikan senyuman kepalsuan. Beban banyak bukan berarti kita harus selesaikan secara sendirian berbagilah dengan orang lain karena berbagi itu cerminan sebuah kebahagiaan. Sama halnya sepertiku yang selalu menyumbangkan beban kepada ayah ketika bertukar pikian sehingga menghasilkan sebuah keputusan yang mengharuskan aku mengikuti program pertukaran pelajar walaupun harus mengikuti organisasi kepengurusan.

            Kuikuti kemauan ayah dan kujalani sepenuh hati. Aku mulai mendaftar kesana kemari bersama Sheren. Karena dia pun ingin mencoba program pertukaran pelajar itu. Saat mendaftar aku bertemu dengan teman baru sebut saja Devina. Dan mulai saat itu juga kita sudah merasa akrab dan dia terlihat senang ketika kumpul bersama kami. Dan kami membuat sebuah geng ala-ala dengan sebutan tiga srikandi yang kebetulan kami kumpulan dari wanita-wanita yang menurut kami sangat hebat.

            Setelah mendaftar, kami harus menunggu hasil pengumuman seminggu kemudian. Karena dibutuhkan waktu yang lama untuk seleksi masuk keanggotaan Osis. Dan seleksinya itu benar-benar seleksi yang sangat selektif banget karena kita dilihat dari nilai rapor serta kepribadian kita selama di sekolah dasar. Harapanku cuman satu semoga aku bisa lulus tahap seleksi karena aku ingin menjadi peserta pertukaran pelajaran di sekolah ini.

            Tidak terasa waktu datang begitu cepat seperti cepatnya kilat. Waktu pengumuman seleksi pun sudah diberitakan oleh tim media sekolah. Syukur pada tuhan kupanjatkan, namaku tercantum dalam deretan nama yang diterima dalam keanggotan Osis yang artinya aku bisa mengikuti seleksi pertukaran pelajaran. Setelah ini aku harus bisa membagi waktuku yaitu waktu untuk belajar dan organisasi. Jangan sampai aku menelantarkan keduanya.

            Seiring berjalannya waktu, aku selalu berusaha untuk memprioritaskan kegiatan pembelajaran. Bahkan aku bisa melewati semester pertama ini dengan prestasi yang membanggakan bagi diriku sendiri. Di sekolah ini aku bisa membawa piala penghargaan walaupun hanya sebatas peringkat pertama di kelas. Aku tidak boleh terlalu bangga terlebih dahulu karena nantinya aku takut merasa puas dengan hasilku dan pada akhirnya aku menjadi lalai untuk belajar.

            Di samping kesibukanku dengan buku-buku, aku pun selalu mengikuti seminar di sekolah tentang pertukaran pelajar. Ternyata banyak tingkatannya ada yang nasional dan internasional. Aku berharap bahwa nanti aku bisa lulus seleksi pertukaran pelajar internasional karena aku sangat ingin pergi ke luar negri dan mengenyam pendidikan di sana. Di acara seminar tersebut aku bertemu dengan Dinda, bahagia sekali rasanya bertemu dengan dia. Ingin tahu rasanya seperti apa? Rasanya seperti anda menjadi Ironman, haha. Kulambaikan tanganku kepada Dinda tetapi Dinda membalas dengan senyuman yang sinis kepadaku. Aku terheran-heran dengan respon dia yang sinis itu. Kini, pikiranku terbagi menjadi dua yaitu antara memikirkan Ddinda dan seminar hari ini.

            Aku merasa bosan dengan seminar hari ini karena aku tidak bisa fokus dengan materi yang disampaikan oleh pemateri. Tiba-tiba dari arah samping muncul Kak Alathas dan dia duduk di sampingku.

"Gak ada angin gak ada badai tiba-tiba main duduk saja," sindirku pada pria kepala batu itu.

Dengan sifat dinginnya dia menjawab. " Masalah ya? Emang ini sekolah milikmu ya?"

            Greget rasanya diri ini setelah mendengar si kepala batu itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun