"Hahaha, maklum Kak, di sini beda dengan di kota. Kita perlu penyesuaian diri saja di sini." Jawabku.
"Kalau kamu ngapain di sini?"
      Mendengar pertanyaan itu aku sangat bingung untuk menjawabnya. Apakah aku harus menjawab jujur atau berbohong saja kepadanya. Tanpa banyak berpikir, aku langsung saja berkata jujur terhadap apa yang terjadi.
"Mmmm, sebelumnya Kakak janji dulu untuk tidak memberitahukan kepada siapa-siapa!" ancamku.
"Maksudnya? Janji apa?" tanya Kak Dio.
      Pikiranku berubah, seharusnya aku tidak memberitahukan hal ini kepada siapapun.
"Eh, gak jadi lupakan saja. Maaf Kak, aku mengantuk, aku harus tidur sekarang."
"HAH? Aneh sekali kamu." Kak Dio merasa heran.
      Tanpa memedulikan atas hal yang terjadi barusan, aku langsung pergi ke kamar. Kukejapkan mata supaya esok aku bisa tersenyum bahagia tanpa derita. Aku  heran, perasaan baru saja aku memejamkan mata tetapi rasanya hanya hitungan detik saja aku tidur tadi malam. Ayam jantan  keburu berkokok, mau tidak mau aku harus bangkit dari kapuk surgawi ini. Padahal aku masih ingin melepas rindu bersama kasur ini.
      Pagi ini, sangat tercium aroma masakan yang sangat sedap. Pandanganku langsung tertuju pada meja makan, terlihat di balik tudung saji itu terdapat makanan yang sudah melambai. Sepertinya makanan itu sudah siap untuk di santap. Kini di meja makan hanya ada aku dan nenek.
"Nek ... Pakde, Bude, Kak Dio, Ayah, dan  Ibu ke mana? Kok mereka gak terlihat batang hidungnya sama sekali." Tanyaku heran.