Tidak sengaja, sebelum aku ke kamar mandi aku mendengar percakapan nenek dan ibu dari kamarku. Dari luar aku mendengar suara ibu yang sedang menangis, pasti ini sedang mengobrolkan masalahku. Karena takut ketahuan akhirnya aku membiarkan mereka untuk membicarakan hal yang sedang mereka bahas. Takutnya kalau aku menguping mereka, aku dicap sebagai anak kurang ajar oleh ibu.
      Selesai keluar dari kamar mandi, terlihat banyak saudara yang sedang mengumpul di ruang tamu. Rasanya sangat senang sekali karena aku bisa bertemu mereka kembali. Aku berharap kumpul tahun ini tidak ada hal yang merusak moodku. Om dan tante sedang asik berbicara dengan ayah, ibu, dan nenek. Tahun ini mungkin mereka akan menganggapku aneh karena tidak ingin berbincang bersama keluarga secara lama. Karena hal ini bertujuan untuk menghindari pembicaraan masalah sekolah.
      Tidak terasa siang pun habis dan kini malam yang menggantikan. Pancaran sinar bulan sangat mengizinkanku untuk bahagia pada malam ini. Malam ini, aku akan pergi ke taman depan rumah untuk menjernihkan pikiran. Kupandangi hamparan bintang yang berkelap-kelip. Kutulis perasaanku hari ini di buku diary.Â
"Hallo, sedang apa kamu di sisni?"
"AAAA ... TOLONG!" aku sangat kaget mendengar suara itu.
"Hi, Ranti, ini Kak Dio." Sambil menepuk pundakku.
"Oh, Kak Dio, maafin aku Kak. Aku kira tadi hantu," ucapku.
      Kak Dio adalah saudaraku. Dia adalah anak dari pakde dan bude. Umurnya 4 tahun lebih tua dariku, kini dia duduk di bangku SMA.
"Hehehe ... maafin Kakak ya, sudah membuatmu kaget." Dengan sedikit senyuman.
"Oh iya, Kakak sedang apa di sisni?" tanyaku.
"Kakak lagi nyari angin saja,di rumah Nenek sangat gerah gak ada AC."