Mohon tunggu...
Raka Abbiyan Permana
Raka Abbiyan Permana Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Menulis adalah inspirasiku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gagal Dulu, Gagal Lagi, Sukses Terus!

21 Februari 2021   11:31 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:36 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

              Waktu berjalan begitu cepat dan waktu satu minggu itu rasanya sangat singkat menurutku. Hari ini adalah hari perpisahan kelas 9 dan hari perpisahanku dengan Alathas. Entah itu perpisahan karena dia yang lulus atau aku yang lulus ujian program pertukaran pelajar atau juga aku yang menetap di sekolah ini karena tidak masuk ke dalam daftar penyisihan.

              Alathas hari ini terlihat sangat gagah dengan jasnya yang berwarna hita legam itu. Dasi yang terpasang di lehernya menambah aura yang berkarisma bagiku. Dan gaya jalan dia terlihat seperti seorang pangeran yang sedang mencari putri seorang raja untuk dipinang olehnya.

"Eh, ternyata kamu di sini Ran. Aku tadi mencarimu ke ruang Osis ternyata kamunya ada di sini," ucapnya.

"Heheh iya Kak, ganteng banget hari ini," celetukku kepadanya.

"Ya iya aku kan harus terlihat bahagia di hari terakhirku di sekolah. Kapan lagi 'kan kamu melihatku seperti ini," bisik Alathas kepadaku.

              Hingga di ujung acara, tibalah saatnya untuk pemberian bunga kepada guru-guru tercinta sebagai  tanda terima kasih atas pengorbanannya. Namun, berbeda dengan Alathas dia menarikku ke belakang dan menjauhi keramaian. Ternyata dia ingin memberikan  bunganya untukku bukan untuk guru.

"Loh, inikan untuk guru Kak. Kenapa Kakak memberikannya kepadaku?" tanyaku.

"Tidak apa-apa terima saja, Kakak sengaja beli bunga ini untukmu. Kalau masalah untuk guru Kakak punya cadangannya."

"Tetapi, sebagai tanda apa?" tanyaku.

"Kamu menanyakan sebagai tanda apa? Ini tanda terima kasih Kakak kepadamu karena telah hadir di waktu yang tepat."

              Jantungku berdebar lebih kencang mendengar Alathas berkata seperti itu kepadaku. Namun, kembali mereda ketika Devina dan Sheren menghampiriku untuk memberi sebuah surat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun